Menikmati Ide, Memori dan Seni Dalam Sajian Massimo Bottura

Menikmati Ide, Memori dan Seni Dalam Sajian Massimo Bottura

Odilia Winneke Setiawati - detikFood
Senin, 21 Mar 2016 12:54 WIB
Foto: detikfood
Jakarta - Akhir pekan kemarin sekitar 100 orang di Jakarta beruntung bisa mencicipi santapan lezat olahan Massimo Bottura. Sejumlah penghargaan membuat restorannya di Modena, Italia mendunia.

Menghadirkan chef dari restoran berbintang Michelin sudah jadi agenda rutin hotel Mulia Senayan Jakarta. Kali ini kehadiran Massimo Bottura mendapat sambutan luar biasa. Beberapa minggu sebelum acara santap malam digelar tempat sudah habis dipesan.

Ini tak lain karena Osteria Francescana, restoran milik chef Massimo yang berada di Modena, Italia telah meraih sejumlah penghargaan. Seperti top 5 di The World’s 50 Best Restaurant Awards sejak 2010. Juga berada di urutan kedua World's Best Restaurant versi S.Pellegrino World's 50 Best Restaurants Awards 2015 serta sejumlah penghargaan lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jangan berharap bisa langsung mampir bersantap di Osteria Francescana saat berada di Modena. Kalaupun melakukan reservasi saat ini, selama 3 bulan ke depan resto dengan 12 meja santap ini sudah ‘fully booked’ baik untuk makan siang atau malam.



Namun, buat penyuka makanan enak bisa menikmati tayangan tentang Massimo dan restorannya melalui ‘Chef’s Table’. Video dokumenter yang apik ditayangkan oleh Netflix.

Detikfood berkesempatan bertemu dan mencicipi keunikan hidangan chef Massimo dalam acara ‘Meet & Greet’ di Orient8, Hotel Mulia Senayan Jakarta, Kamis (18/03).

Tak sekedar enak dan cantik tetapi setiap masakan yang dibuatnya memiliki kisah dan memadukan berbagai unsur bahan. Mengenai konsep kreasinya, chef berusia 53 tahun ini bersemangat menuturkannya.

‘Saya memiliki passion pada seni, musik dan makanan. Kemudian memakai inspirasi sehingga terwujud menjadi hidangan. Seorang chef bukan hanya memadukan bahan dan teknik tetapi juga harus punya pengetahuan dan visi pada sajiannya,’ ungkap ayah 2 anak ini dan penulis buku 'Never Trust a Skinny Italian Chef' ini.



Itulah yang dibuktikan dengan sajiannya ‘Lentils Better than Beluga’. Disajikan apik di dalam kaleng kaviar yang ditaruh di atas es. Persis layaknya menyajikan kaviar Beluga yang terkenal mahal.

Saat dikunyah terasa gurih renyah kacang lentil hitam dengan sapuan creme fraiche yang creamy dengan cincangan dill yang wangi. Sebuah perpaduan yang serasi di lidah.



Kecintaannya akan seni pun diwujudkan dalam sajian artistik ‘Beautiful Psychedelie Spin-painted Veal, Not Flame Grilled’. Sepotong veal steak yang dimasak dengan teknik sous vide, di keliling cipratan saus orange, hijau, putih, dan merah. Piringpun bagai kanvas yang berwarna-warni artistik.

Uniknya steak veal diolah gaya Tuscan tanpa dipanggang tetapi dioles dengan arang sayuran sehingga tetap terasa aroma asap. Empuk juicy dengan sapuan saus creamy yang segar. Mata dan mulutpun terpuaskan dengan sajian ini.

Khusus untuk Risotto Casio e pepe atau Risso-Pizza punya kisah sosial yang mengagumkan. Pertama kali diciptakan pada tahun 2012 untuk menyelamatkan 360.000 buah keju Parmagiano Reggiano dari bencana gempa bumi yang melanda Modena.

Demikian juga dengan sajian dessert ‘Oops! I dropped the Lemon Tart’ yang tak sengaja diciptakan. Justru pada saat sous chef Takahido Kondo melakukan kecerobohan menjatuhkan lemon tart.

‘Ini bukan sekedar lemon tart seperti yang dibuat para chef. Ini sebuah proses kreatif yang berawal dari kesalahan,’ jelas chef bertubuh ramping ini.

Nyatanya lemon tart yang segar berpadu asyik dengan saus zabaglione yang lembut. Disuap bersama capers, dried oragano, candied bergamot dan lemon dari selatan Italia membentuk harmoni rasa yang menyenangkan lidah.



Kejutan manis diberikan chef Massimo dengan suguhan dessert yang berupa salad, ‘Caesar Salad in Bloom’. Separuh belahan romaine lettuce disapu saus berwarna kemarahan. Di atasnya ditaburi kelopak bunga mawar dan kuntum jamine bertaburan.

Saat disajikan salad ini disemprot dengan parfum lavander, bergamot dan bunga-bungaan yang wangi. Sepiring ‘musim semi’ ini benar-benar merangsang semua indera. Renyah, manis, asam dan harum berpadu sempurna.

Massimo Bottura memberi sebuah prakspektif baru bagi pencinta makanan di Indonesia. Bukan sekedar mengolah bahan dan membuat makanan enak. Ada sentuhan rasa seni dan keindahan yang memberi pengalaman bersantap yang sungguh luar biasa.

Makan bukan hanya urusan raga tetapi juga pemuasan jiwa. Semoga pesan ini diterima oleh mereka yang telah mencicipi sajian chef Massimo. Salut untuk hotel Mulia Jakarta Senayan yang tak pernah berhenti memberi edukasi tentang bersantap yang sebenarnya.




(odi/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads