Sebanyak tujuh produk termasuk daging Kobe dan melon dari utara pulau Hokkaido ditambahkan dalam daftar indikasi geografis Jepang. Dengan itu, siapa saja yang memakai produk terdaftar tanpa izin akan menghadapi hukuman. Hal ini disampaikan pihak kementerian pertanian Jepang.
“Kami akan mempromosikan registrasi indikasi geografis dan meningkatkan permintaan (produk pertanian premium) di dalam dan luar Jepang,” ujar Hiroshi Moriyama, menteri pertanian Jepang, seperti dilansir dari AFP (23/12).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah berharap bisa meningkatkan ekspor produk pertanian premium asal Jepang. Sebab petani lokal bisa menghadapi kompetisi produk impor yang lebih murah dengan adanya perjanjian perdagangan bebas Trans-Pacific Partnership.
Berdasarkan kesepakatan itu, kebanyakan tarif akan dihilangkan atau dipangkas dari produk daging sapi, susu, wine, gula, beras, hortikultura dan makanan laut. Sampai juga ke produk manufaktur, sumber daya dan energi.
Sementara Yuji Funatsu, kepala koperasi pertanian di kota Yubari, mengatakan bahwa mendapat indikasi geografis seperti itu berarti ada tekanan cukup besar untuk menjaga kualitas produk.
Melon Yubari dianggap sebagai simbol status di Jepang, mirip dengan wine terbaik. Sebab melon dijual dengan harga sangat mahal untuk hadiah bagi kerabat dan keluarga. Harga dua buah melon mencapai 1,5 juta yen di pelelangan bulan Mei lalu.
Funatsu yang sudah menjadi petani melon lebih dari 30 tahun mengatakan menjaga kualitas dan mereknya tidaklah mudah. Apalagi melon Yubari termasuk buah yang perlu perawatan tinggi.
Disampung daging Kobe dan melon Yubari, ada produk lainnya yang mendapat indikasi geografis. Seperti teh hijau Yamecha dari prefektur Fukuoka, cassis dari Aomori, hewan ternak Tajima-gyu dari Hyogo (diantaranya menjadi daging Kobe), labu dari Ibaraki, dan cuka hitam dari Kagoshima.
(/)