Kopi luwak termasuk salah satu jenis kopi termahal di dunia. Proses fermentasi melalui pencernaan musang atau luwak membuat aroma dan rasa kopi jadi spesial.
Dalam acara Jelajah Gizi 2015 bersama Sarihusada di Bali (30/10), detikFood berkesempatan mengunjungi agrowisata Bali Pulina untuk melihat proses pembuatan kopi luwak secara tradisional. Inilah tahapannya, mulai dari biji kopi mentah hingga bubuk kopi siap seduh yang rasanya nikmat.
1. Biji kopi
Luwak tidak memakan semua biji kopi yang ada di alam. “Mereka pilih biji kopi yang warnanya merah karena rasanya manis,” ujar Purna, salah seorang pemandu di Bali Pulina. Luwak mulai mengonsumsi biji kopi di umur 6 bulan. “Namun biasanya kopi luwak dihasilkan dari luwak berumur 1 tahun ke atas,” tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
2. Penjemuran
Biji kopi yang sudah dikeluarkan luwak berupa feses segera diambil dan dibersihkan. Setelah itu biji kopi dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Saat kering inilah, kulit biji kopi akan dikupas satu per satu menggunakan tangan alias manual. “Kami juga mencuci kembali biji kopi dengan air panas hingga benar-benar bersih,” tambah Purna.
3. Sangrai
Proses selanjutnya adalah menyangrai biji kopi di atas tungku kayu. “Aroma biji kopi akan makin enak jika disangrai dengan cara tradisional seperti ini,” jelas Purna. Dalam 1 wajan bisa disangrai 1 kg biji kopi sekaligus. Waktu yang dibutuhkan sekitar 45 menit.
4. Penyajian
Dengan alu dan lumpang kayu, biji kopi ditumbuk secara manual hingga halus. Nantinya biji kopi inilah yang siap dikonsumsi. “Sebaiknya nikmati kopi luwak tanpa gula agar lebih nikmat. Penambahan gula justru bisa mengembalikan kandungan asam pada kopi yang kurang baik untuk pencernaan,” jelas Purna. Secangkir kopi luwak khas Bali benar-benar nikmat dengan rasa pahit asam yang ringan.
(adr/odi)