Menurut sejarah, Indonesia kerap kali didatangi oleh bangsa asing sejak zaman kerajaan. Selama 3,5 abad, Indonesia dijajah oleh Belanda sehingga banyak sekali pengaruh-pengaruh yang diberikan oleh masyarakat dari negeri kincir angin ini, termasuk keragaman kulinernya.
Dalam kuliner Indonesia, pengaruh Belanda cukup terlihat pada masakan Jawa. Hal ini dikarenakan pulau Jawa merupakan wilayah yang paling banyak diduduki Belanda sehingga banyak dari mereka untuk bermukim di daerah ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada banyak sajian makanan yang mendapat pengaruh Belanda, namun beberapa sumber hanya memfokuskan pada sup dan bistik. Awalnya sup diperkenalkan oleh Belanda sekitar abad ke-19.
Untuk sup, dalam istilah Belanda biasa ditulis dengan "Soep". Akan tetapi orang Jawa atau pribumi sering menyebutnya dengan nama "Sop" atau "Sayur Sop". Sup dikalangan orang Belanda bisa menyajikan sajian panas sebagai hidangan pembuka, terutama sebagai penghangat tubuh dimusim dingin.
Seperti yang dilansir dalam AVATARA e-Journal pendidikan Sejarah Vol 1 No. 3 Oktober 2013, sup dibagi menjadi dua jenis yaitu Hollandsche Vermicellisoep (sup suun Belanda) dan Hollandsche Erwtensoep (sup kacang polong Belanda).
Untuk menu pertama, supnya menggunakan suun dan bihun yang didapatkan dari pengaruh China dengan bahan pendamping seperti telur ayam, bawang merah, daun bawang dan susu. Campuran kuning telur dan susu mengadapatasi dari bahan makanan Belanda.
Sedangkan untuk Hollandsche Erwtensoep (sup kacang polong Belanda) dibuat dengan campuran kaldu Varkenspoot (kaki babi). Selain kaldu, sup ini juga diberi campuran kacang polong, bawang, seledri dan kapri.
Sup umumnya dibuat dan disajikan oleh kalangan birokrat dalam hal ini keluarga kerajaan Jawa untuk menjamu tamu Belanda. Pengaruh sup khas Belanda yaitu Bruine Bonen Soep atau sup kacang merah diadaptasi seperti aslinya di wilayah Sulawesi Utara. Karena orang Belanda datang ke Sulut untuk berdagang kayumanis dan cengkeh.
Bistik berasal dari kata Belanda yaitu "Biefstuk" atau dalam istilah bahasa Inggris disebut juga dengan "Steak" yang merupakan jenis olahan daging sapi yang biasa dimakan orang Belanda dengan kentang, kacang polong dan wortel.
Pada masa kolonial, bistik dibuat dengan cara memberi bumbu, dipanggang dan disajikan di piring. Sedangkan para pribumi (Jawa) memodifikasi bistik dengan cara digoreng dan dibumbui dengan pala, merica hingga kecap manis khas Jawa. Bistik ini disajikan dengan daun selada, setup wortel dan buncis, kentang goreng dan saus mustard.
Bistik ini diberi kuah dan di Solo dikenal racikan yang mirip bistik yaitu Selat Solo. Hidangan lain yang masih dalam pengaruh Belanda adalah galantine, semur, bistik lidah, pastel tutup, kroket, risoles, bitterballen dan lain-lain. Belum lagi aneka jenis cake dan kue kering yang juga didapat dari kuliner Belanda.
Karena memakai banyak bahan premium, penikmat hidangan kolonial Belanda adalah golongan atas dan pejabat. Tetapi kini masih banyak restoran yang menyajikan hidangan kolonial dengan tampilan baru.
(lus/odi)