Di masa lampau, bangsa India datang ke Nusantara untuk berdagang dan menyebarkan agama. Interaksi pendatang dengan penduduk lokal rupanya memberi pengaruh pada kuliner Indonesia. Seperti penambahan kosakata kuliner dan munculnya makanan pedas dan bersantan.
Letak Indonesia yang strategis dan merupakan daerah penghasil rempah membuat Indonesia kerap didatangi bangsa-bangsa lain untuk berdagang, termasuk India. Tak hanya bermaksud berdagang, pada abad 1 pendatang India yang berlayar melewati jalur sutera juga membawa misi untuk menyebarkan agama.
Interaksi pendatang India dengan masyarakat setempat rupanya memberi pengaruh dalam banyak hal, salah satunya perkembangan kuliner di Indonesia. Ini terbukti dari adanya kamus bahasa Sansekerta, bahasa yang diperkenalkan pendatang India pada penduduk Nusantara, yang memuat beberapa kosakata kuliner.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata adang, misalnya, berarti menanak nasi dalam bahasa Sansekerta. Kata ini kemungkinan mendapat pengaruh dari India karena penggunaan alat dapur dari tembaga dalam proses menanak nasi tersebut. Ini diperkuat dari temuan tembaga sebagai alat dapur yang umum digunakan orang Jawa dan India.
Dugaan selanjutnya mengenai pengaruh India pada kuliner Indonesia dapat dilihat dari bahasa Jawa kuno. Bahasa ini sebenarnya sudah ada sebelum pendatang India masuk ke Nusantara. Namun interaksi pendatang dengan masyarakat setempat, membuat kosakata bahasa Jawa kuno sedikit dipengaruhi bahasa Sansekerta. Seperti kata pecel, pepes, urab, carana (sejenis kue kering), dan lainnya.
Sementara itu, makanan di masa lampau yang diduga mendapat pengaruh India terdapat di beberapa tempat. Seperti megana yang merupakan cacahan sayur atau nangka yang ditemukan di Pekalongan, Wonosobo, dan Temanggung. Ketiga daerah tersebut ternyata berada dalam wilayah kerajaan Hindu awal yaitu Kerajaan Kalingga di abad ke 6.
Sekitar abad 15 hingga 16, hubungan Kesultanan Mughal di India dengan Aceh juga memberi pengaruh pada masakan Indonesia berupa kemunculan masakan pedas dan bersantan seperti gulai dan kari.
Ada dua pendapat berbeda mengenai asal usul rasa pedas ini. Pendapat pertama menyebutkan rasa pedas berasal dari cabai yang dibawa bangsa Portugis ke Mughal, hingga kemudian sampai ke Nusantara. Pendapat kedua mengatakan orang India sebenarnya sudah mengenal cabai, jauh sebelum orang Portugis datang.
Selain di Jawa Tengah dan Aceh, pengaruh India juga ditemukan pada kuliner Betawi. Mirip dengan pengaruh Arab, pengaruh India ini dilihat dari penggunaan aneka rempah seperti kunyit, cabai kering, jintan, dan cengkih dalam masakan. Penggunaan susu dan santan pada hidangan Betawi, seperti soto, juga terbilang pengaruh India.
(adr/odi)