Seperti diberitakan Mirror (18/07/15), wanita berusia 21 tahun asal Inggris ini telah menghabiskan 40 ribu poundsterling atau sekitar 8 milyar rupiah untuk membeli junk food selama 20 tahun. Ia diketahui mengalami gangguan makan bernama Selective Eating Disorder (SED) sejak kecil.
“Saya hanya makan makanan yang saya suka seperti cheesy chips, mie, atau pizza. Saya juga selalu membawa tas berisi makanan tersebut kemanapun saya pergi,” ujar Natasha.
Ia mengaku bisa menangis ketika dihadapkan pada makanan yang tidak disukainya. “Saya takut membayangkan rasa dan tekstur makanan yang berbeda di mulut saya,” tutur wanita yang berprofesi sebagai penata rambut ini.
Saat makan bersama keluarga pun, Natasha tidak dapat menikmati makanan yang sama seperti yang lain. Ia memilih memasak atau memesan makanan yang biasa dimakan.
Natasha menuturkan ia tidak ingat bagaimana awalnya mengalami SED. “Hal yang bisa saya ingat adalah saya selalu takut dan khawatir ketika mencoba makanan baru. Ibu saya selalu mencoba memperkenalkan makanan baru, namun saya tidak dapat memakannya.”
Ketika beranjak dewasa gangguan makan Natasha semakin menjadi. Ia biasanya berbelanja makanan setiap dua minggu sekali dan membeli 70 jenis snack berbeda. Natasha mengaku bisa menghabiskan sekitar 30-40 snack tiap minggunya.
“Hari saya akan dimulai dengan sarapan pizza atau makanan khas Cina. Untuk makan malam saya biasanya memesan makanan atau melahap pasta. Saya pernah mencoba makan sausage roll tapi saya hanya bisa memakan rotinya,” tutur Natasha.
Dua bulan lalu Natasha akhirnya mencari bantuan untuk mengatasi SED yang dialaminya. Setelah melakukan riset online, ia memutuskan mengunjungi Felix Economakis sekalu psikolog dan penghipnotis klinis.
Felix menjelaskan, “SED adalah jenis fobia yang menganggu fase alami makan seseorang sewaktu kecil. Ketika seseorang hanya rewel memilih makanan kesukaannya, seseorang dengan SED akan merasa lebih baik mati daripada harus makan makanan tertentu.”
Felix yang praktek di klinik terapi The Health menambahkan, biasanya SED disebabkan pengalaman traumatis ketika makan di waktu kecil. “Mereka yang mengalami gangguan ini akan panik atau bungkam ketika dihadapkan pada makanan yang tidak disukainya. Mereka bahkan tidak dapat menelan makanan karena tubuh menolaknya.”
Setelah dihipnotis Natasha mengaku otaknya seperti bisa diajak bicara. Ketika ia memikirkan makanan yang akan dimakannya, Natasha merasa lebih percaya diri dan mudah untuk mengajak tubuhnya mencicip jenis makanan baru yang lebih sehat.
“Sekarang saya bisa memakan beberapa jenis makanan lain seperti buah atau yogurt. Saya akui saya masih mengonsumsi cheesy chips tetapi saya hanya menjadikannya snack sekali seminggu,” ujar Natasha.
Natasha Semedo bukanlah orang pertama yang memiliki SED. Sebelumnya, Stacey Irvine asal Inggris mengaku tidak makan apapun selain nugget selama 15 tahun. Akibatnya ia terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena kesulitan bernafas.
Hal serupa juga dialami Claire Simmons yang mengaku hanya menyantap pizza keju plain selama 31 tahun terakhir. Ia benar-benar tidak bisa menyantap makanan lain karena tubuhnya akan menggigil ketakutan meski hanya mendengar makanan lain disebut.
(msa/odi)