beredar di Malaysia dan Indonesia!
Bahan plastik yang dipakai disinyalir terbuat dari resin, plastik kimia yang biasa dibuat untuk pernis, bahan perekat, atau fiberglass. Jadi dalam pembuatanya, beras ini terbuat dari kentang atau ubi hancur, lalu dilapisi oleh resin supaya bentuknya mirip dengan beras.
Setealh dimasak, beras plastik ini bentuknya pun mirip dengan butiran-butiran nasi, namun punya tekstur yang sangat berbeda dengan nasi asli. Karena terbuat dari bahan kimia seperti resin, nasi palsu ini jadi keras dan agak liat.
“Resin ini tentu beracun, tak baik untuk kesehatan, dan bisa menimbulkan penyakit di bagian perncernaan.” kata Mary Easaw-John, seorang ahli diet dari National Heart Institute (IJN). Apalagi, setelah dimasak pun, nasi ini tetap bertekstur keras.
Kabarnya, beras plastik ini sudah menyebar ke negara-negara Asia dengan populasi banyak, seperti India, Indonesia, Malaysia, dan Vietnam. Dicurigai beras plastik ini sudah sampai di Singapura.
Menurut The Straits Times (20/05), seorang juru bicara Agri-Food & Veterinary Authority (AVA)
Singapura menyatakan apapun barang impor yang datang akan mendapatkan pemeriksaan dan inspeksi sesuai standar dan ketentuan yang berlaku. "Hasil tes kami mencakup tentang bahaya suatu makanan. Dan sejauh ini, hasilnya sangat memuaskan.” katanya.
Kabar tentang beras plastik dari Taiyuan, Provinsi Shaanxi, Tiongkok. Namun, Menteri Agrikultur Malaysia, Ismail Sabri Yaakob menolak untuk mengomentari perihal beras plastik ini. Ia menyatakan belum menerima laporan tentang masalah ini.
Disinyalir beras ini sengaja diselundupkan di pasar beras oleh beberapa pihak yang ingin mengambil keuntungan semata. Kemungkinan dengan cara mencampur dengan beras yang asli. Hal ini dikemukakan oleh Datuk Sari Hasan, Menteri Perdangangan Dalam Negeri Malaysia.
Sebelumnya, pada tahun 2011 sudah diketahui bahwa di Tiongkok sudah beredar beras plastik ini. Sedangkan pada tahun 2008 lalu Tiongkok juga diketahui memproduksi susu formula untuk bayi yang mengandung melamin.
(Tania Natalin Simanjuntak/Odilia Winneke)