Meg Zimbeck, pemilik situs review online Paris By Mouth, menyampaikan argumennya setelah melalui penelitian. Selama empat bulan ia makan di semua restoran Paris dengan dua atau tiga bintang Michelin.
Temuan yang dipublikasikan dalam situs miliknya, keluar tepat sebelum peluncuran edisi terbaru Michelin Guide. Sebab Michelin Guide 2015 diluncurkan pada Senin (02/02) di Kementrian Luar Negeri Perancis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah melakukan pemesanan tempat di 16 restoran memakai nama palsu dan membayar total 7150 euro (Rp 102,3 juta) untuk semua makanan, Meg menemukan bahwa rekomendasi Michelin tidak selalu tepat.
"Menghabiskan uang sampai 1100 euro (Rp 15,7 juta) untuk makan siang (dua orang) berarti Anda akan mendapatkankan sesuatu yang benar-benar mengubah hidup, sesuatu yang berbeda dari pengalaman pada titik harga lebih rendah. Dan itu tidak terjadi," tambah Meg.
Pelanggan yang merujuk pada Michelin biasanya mencari layanan mewah berharga mahal di pusat kota. Namun menurut Meg, hidangan utamanya terkadang lebih buruk dari restoran kecil dengan harga jauh lebih murah di timur Paris.
Meg juga menyebut restoran Alain Ducasse au Plaza Athenee di dalam hotel bintang lima Plaza Athenee Hotel termasuk paling buruk dari restoran terbaik Michelin yang ia coba. Akan tetapi beberapa haute cuisine saingannya seperti restoran Le Cinq dan Pierre Gagnaire sesuai dengan predikat Michelin.
"Jika Anda ingin tahu apa yang sedang tren di Paris saat ini jangan lihat Michelin Guide. Buku panduan ini tidak melihat apa yang sedang tren pada tingkatan lebih rendah," tutup Meg.
Meg yang sudah satu dekade tinggal di Paris, mengisi sebagian besar waktunya untuk menulis tentang makanan. Menurutnya, proyek penilitian restoran Michelin dibiayai dari keuntungan perusahaannya yang mengadakan wisata kuliner berbahasa Inggris untuk pengunjung Paris.
(msa/odi)