Perang tomat tak hanya di Bunol, Spanyol, dalam ajang La Tomatina. Warga Amsterdam, Belanda, juga melakukan hal serupa kemarin (14/09/2014). Bedanya, kegiatan ini dilakukan untuk memprotes kebijakan larangan impor Russia.
Sekitar 2.000 orang saling melempar 10 ton tomat atau kira-kira 120.000 buah tomat ke satu sama lain. "Kami ingin mendukung petani Belanda yang terkena dampak larangan Russia. Kami membeli tomat dengan harga bagus dan menggelar perang tomat," kata Joep Verbunt sebagai penyelenggara.
Acara berdurasi sejam ini tak gratis. Pesertanya harus membayar 15 euro (Rp 232.000) untuk berperang tomat di Dam Square. Uangnya digunakan untuk membayar tomat dan biaya pembersihan setelahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berlangsung selama setahun, larangan tersebut mencakup impor daging, buah dan sayuran, ikan, serta produk olahan susu dari Uni Eropa, AS, Australia, Norwegia, dan Kanada. Tomat yang digunakan sudah tak layak dikonsumsi manusia.
Buah inipun dibeli dengan harga sebelum boikot berlaku. Tomat yang tersisa dipunguti dan dikirim ke pabrik biogas. "Apapun yang tertinggal akan dijadikan pupuk kompos," jelas panitia.
Menurut juru bicara Dewan Kota Amsterdam Jasper Karmans, acara perang tomat ini sudah mengantungi izin. "Panitia berjanji akan membersihkannya setelahnya," katanya kepada AFP (14/09/2014).
Minggu lalu, pemerintah Belanda menyumbangkan empat ton tomat segar ke sebuah bank makanan di kota Arnhem. Tomat tersebut dibeli dari para petani yang terkena dampak boikot Russia. (lus/odi)