Nama molokhia, disebut juga mulukhiya atau molokheya diambil dari nama daun yang dipakai sebagai bahan utama sup ini. Daun molokhia pertama kali ditemukan di India dan Filipina. Namun daun yang juga disebut Jew's mallow ini, menjadi salah satu makana pokok di Mesir sejak zaman Firaun.
Molokhia juga dikonsumsi oleh negara Timur Tengah lain, seperti Libya, Yordania, Palestina dan Libanon. Banyak orang menyangka daun ini adalah bayam, karena warna dan bentuknya sangat mirip.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sup molokhia biasanya dimakan bersama nasi dan lauk lain seperti ayam, seafood, daging sapi, daging kambing, atau daging kelinci. Para ibu di Mesir sering menambahkan potongan ayam atau daging yang umum disajikan khusus untuk anak-anak.
Selain rasanya yang lezat, sup ini juga kaya akan nutrisi. Daun molokhia mengandung kalsium dan fosfor tiga kali lebih besar dibanding kubis. Daun ini kaya zat riboflavin atau vitamin B2 yang berperan penting dalam mengatur metabolisme tubuh, pembentukan sel darah merah, dan menjaga kesehatan pencernaan. Molokhia juga mengandung 70% vitamin C dan 25% vitamin A yang dibutuhkan oleh tubuh tiap harinya.
Meskipun menyehatkan molokhia pernah dilarang untuk di konsumsi pada masa Dinasti Fatimiyah. Khalifah Al-Hakim Abu Ali Mansour yang memerintah pada masa itu melarangkonsumsi molokhiah karena dipercaya dapat menstimulasi hasrat seksual pada wanita.
Namun ketika pemerintahannya usai, molokhia kembali dikonsumsi dan menjadi makanan tradisional keluarga. Pada hari biasa sup molokhia di sajikan sebagai makanan utama keluarga tiap minggunya. Sup ini juga menjadi sajian untuk menjamu teman dan keluarga yang datang berkunjung ke rumah.
(fit/odi)