Pada tahun 1978, pasar ini masih berupa pasar tradisional biasa. Untuk mengatur perdagangan daerah tersebut, pemerintah daerah mulai menertibkan area pasar tahun 1991. Tak lama setelah itu bangunan Pasar Tebet Timur pun didirikan tahun 1999.
Dari luar, bangunan terlihat cukup besar dengan warna dominan hijau dan biru yang mencolok. Tak banyak jajanan di area depan pasar, beberapa yang terlihat antara lain penjual buah, es, gorengan, dan nasi padang.
Menurut pihak pengelola Pasar Tebet Timur mempunyai luas tanah 4.143 m, luas bangunan 8.474 m2, dan luas efektif 3.099 m2. Membidik kalangan menengah ke bawah, di sini Anda bisa berbelanja daging, sembako, kelontong, kue, hingga emas.
“Terdapat empat lantai yaitu basement, lantai dasar, satu, dan dua. Total tempat usaha yang ditawarkan adalah 695 buah tapi efektif untuk sekitar 300 pedagang,” tutur Subur selaku Staf Administrasi kepada DetikFood (05/05/2014).
Basement difokuskan untuk pasar basah yang menjual sayuran, bumbu dapur, dan daging. Lantai dasar untuk toko kelontong. Lantai satu untuk pedagang yang menjajakan pakaian dan emas. Sementara lantai paling atas untuk musholla dan kantor.
Walau pasar telah berkembang menjadi modern, masih banyak penjual lama yang tetap bertahan berjualan. Menyaksikan dan mengalami pasang surutnya pengunjung, mereka mengaku ada kerugian yang harus ditanggung setelah pasar direnovasi.
“Dulu di sini ramai, sekarang menurun karena akses kendaraan umum ke arah pasar juga semakin menurun. Selain itu pasar juga sekarang kalah saing dengan mini market di daerah Tebet yang semakin banyak,” tutur H. Awi yang telah membuka toko kelontong selama 32 tahun di Pasar Tebet Timur.
Walaupun begitu, banyak masyarakat Tebet dan sekitar Jakarta masih memilih pasar ini karena cukup lengkap. Bagi Anda yang ingin berbelanja bulanan, bumbu dapur, kelapa parut, daging, hingga sembako semua ada. Yuk mampir!
(dni/odi)