Hong Kong Jin Tian Eating House Singapura Berhenti Beroperasi Mulai 28 April

Hong Kong Jin Tian Eating House Singapura Berhenti Beroperasi Mulai 28 April

- detikFood
Sabtu, 03 Mei 2014 12:59 WIB
Foto: Reuters
Jakarta - Hong Kong Jin Tian Eating House, sebuah restoran yang berlokasi di Singapura, telah berhenti menjual daging bebek panggang lezat dan iga babi. Makanan lezatnya telah memanjakan lidah warga Singapura selama 12 tahun.

Alasan penutupan rumah makan yang terkenal di kalangan orang tua ini karena harga sewa kios yang makin meningkat dan kesulitan mencari pegawai lokal.

Restoran yang didirikan Yip Chan Yuk King ini, seorang warga negara Singapura keturunan Hongkong, ditutup pada Senin (28/04) lalu. Yip yang berusia 56 tahun ini menutup kios setelah terjadi peningkatan sewa bulanan sebesar 46% dari 8.000 dolar Singapura menjadi 12.000 dolar Singapura.

“Sepertinya tidak akan ada lagi kontrol untuk masalah kenaikan sewa ini, selain itu sangat sulit untuk mencari pekerja lokal,” kata Yip pad Reuters (28/04).

Yip telah terjun di industri makanan selama lebih dari 20 tahun. Yip datang dari Hong Kong ke Singapura tahun 1986 dan selalu bekerja di industri makanan. Ia bekerja di Holiday Inn sebelum mendirikan restoran sendiri. Yip sendiri juga belum tahu rencana apa selanjutnya yang akan ia lakukan setelah penutupan restoran ini.

Restoran ini telah beroperasi sejak tahun 2002. Saat itu restoran berlokasi di pasar tua Tiong Bahru. Lalu, pindah ke lokasi saat ini di Tiong Bahru pada tahun 2007. Ketika itu, sewa kios hanya 3.000 dolar. Kemudian, naik sekitar 1.000 dolar hingga naik sebesar 4.000 dolar di tahun ini.

Singapura sendiri memang telah memperketat aturan, seperti peningkatan retribusi pemerintah dan peningkatan upah minimum pekerja. Selain itu, banyaknya pekerja asing di Singapura sudah menjadi suatu kekhawatiran karena secara signifikan akan lebih meningkatkan biaya.

Pembatasan dan kenaikan sewa yang tidak terkendali itu telah menyusahkan pemilik kios makanan seperti Yip. Pekerja lokal, apalagi para pekerja muda, sangat sulit ditemukan. Mereka lebih suka mencari pekerjaan dalam lingkungan yang nyaman, seperti pekerjaan kantoran yang lebih stabil gajinya.

Restoran ini memperkerjakan beberapa pekerja asing. Dengan adanya peningkatan biaya tenaga kerja, hal ini menjadi hal yang menyulitkan bagi Yip.

Menurut konsultan properti Knight Frank, sewa bulanan untuk ruko di daerah Tiong Bahru yang berlokasi di pusat Singapura, meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 8,09 dolar Singapura per kaki persegi sejak tiga bulan pertama tahun 2011.

Menurut, Alice Tan, kepala riset untuk Knight Frank di Singapura, peningkatan drastis itu didorong akibat masuknya berbagai kafe dan toko modern. Berdasarkan pengamatan, akhir-akhir ini semakin banyak pemilik toko independen lama di Tiong Bahru yang keluar meninggalkan daerah ini karena sewa ruko yang tinggi.

Banyak pelanggan merasa sedih karena penutupan restoran ini. Padahal restoran makanan seperti ini berpotensi menjadi warisan budaya lokal dan tradisi kuliner selama puluhan tahun untuk mengingat kenangan masa kecil yang indah.

(dni/odi)

Hide Ads