Lihat saja sepenggal syair lagu ini. "Don't you dare touch my kerupuk... Don’t you even put the thought on your mind... I’m gonna cut your chest open, feed your heart to the lions at the zoo..."
Sebuah lagu berjudul 'Don’t You Dare Touch My Kerupuk' diciptakan dan dibawakan oleh Adhitia Sofyan. Dengan petikan gitar dan suara lembutnya, Adhitia menyanyikan lirik yang 'mengerikan'. 'Kalau berani menyentuh kerupuk saya, otakmu akan kuambil dan kau akan bermimpi buruk seumur hidup'.
Lirik lagu ini menunjukkan betapa fanatiknya orang Indonesia terhadap kerupuk, si renyah yang terbuat dari pasta tepung dan perasa yang dijemur lalu digoreng. Berbeda dengan keripik, yang berukuran relatif lebih kecil, biasa disantap sebagai camilan, serta tanpa tambahan tepung.
Rasanya tak lengkap jika mulut tak merasakan 'kriuk-kriuk' kerupuk saat menyantap bubur ayam, gado-gado, dan soto Padang. Bahkan beberapa orang sampai membawa kerupuk setiap bepergian ke luar negeri, karena tanpanya mereka tak nafsu makan.
Sebenarnya, kerupuk bukan monopoli Indonesia. Sebagai bangsa serumpun, orang-orang Malaysia juga sering melengkapi santapannya dengan keropok lekor, losong, atau keping.
Bagaimanapun juga, Indonesialah yang paling kaya jenis kerupuk. Ada yang berbahan ikan atau udang, ada yang diberi warna-warni mencolok, serta ada yang berbentuk panjang atau keriting.
Kerupukpun tak melulu digoreng dengan minyak goreng, karena ada juga yang dipanggang dengan pasir atau dibakar agar mengembang ringan dan renyah. Beberapa kerupuk bahkan khusus dibuat untuk hidangan tertentu. Contohnya adalah kerupuk merah untuk soto Padang, serta kerupuk mi untuk asinan.
Tergantung bahan pembuatnya, kerupuk bisa jadi murah atau agak mahal. Sidoarjo, Garut, dan Cirebon adalah sentra penghasil kerupuk di tanah air.
Secara internasional, yang paling terkenal adalah kerupuk udang (prawn cracker atau shrimp chip). Kerupuk udang yang belum digoreng dijual di toko-toko Asia. Namun di Belanda dan Australia, kerupuk mentah dapat ditemukan di supermarket biasa. Orang Belanda menyebutnya 'kroepoek'.
Di Australia, Inggris, dan Irlandia, kerupuk udang dijadikan makanan pelengkap gratis untuk hidangan Tiongkok yang dibungkus. Kerupuk udang juga biasanya disajikan dengan hidangan ayam tertentu di restoran Tiongkok.
Promosi kuliner Indonesia di luar negeri juga seringkali tak meninggalkan kerupuk. Dalam situs Indonesia Goes Frankfurt 2015, Ilham DS bercerita bahwa orang Jerman sangat suka kerupuk udang.
Di pameran, mereka memakannya sambil berjalan-jalan, seperti menikmati es krim dan popcorn. Bahkan, menurut Ilham, hasil menjual kerupuk udang saja dapat dipakai untuk membeli tiket pesawat pulang-pergi Indonesia-Jerman pada awal tahun 1980-an.
Benar kata Adhitia, kerupuk seperti darah daging orang Indonesia. "I love my kerupuk... They're like my flesh and blood... Stay off my kerupuk... Or you won't sleep so well at night... You'll have nightmares for as long that you're alive..."
(dni/odi)