Aroma dan rasa diketahui berkaitan dan bisa memberi efek penting satu terhadap yang lain. Peneliti dari University of Naples, Italia, memelajari jumlah satu sesapan dan dampaknya terhadap aroma kopi, lalu memuat hasil studinya di jurnal Food Research International.
Tampak bahwa teknik penyeduhan kopi yang berbeda memengaruhi pelepasan aroma. Selain itu, semakin besar sesapan, semakin banyak aroma yang keluar. Artinya, kopi yang diteguk akan terasa lebih wangi dan enak daripada jika diseruput.
Mereka menguji empat jenis minuman kopi, yakni Americano, Neapolitan, moka, dan espresso. Terlihat bahwa espresso paling banyak mengeluarkan aroma jika diteguk, bukan diseruput.
Menurut peneliti, beragamnya tingkat aroma berdasarkan besar-kecilnya sesapan bisa dijelaskan dengan jumlah air liur di mulut. "Temuan ini bermanfaat untuk memahami faktor-faktor penarik konsumen terhadap aroma kopi yang menyenangkan," kata peneliti.
Meski demikian, hal ini tak berlaku bagi wine. Disarankan minum wine sedikit-sedikit agar dapat menikmati rasa dan aromanya secara maksimal.
Faktor lain yang bisa memengaruhi kenikmatan saat meminum kopi adalah merokok. Peneliti yakin bahwa menumpuknya tembakau di tubuh dapat menghentikan indra pengecap memperbaharui diri.
Akibatnya, hal ini mengganggu kemampuan seseorang mengenali rasa tertentu, bahkan setelah mereka berhenti merokok. Kesimpulan ini mereka dapat setelah menguji seberapa baik 451 orang peserta studi dapat mengenali empat rasa dasar, yakni asam, manis, pahit, dan asin, beserta intensitasnya.
Seperti dimuat di jurnal Chemosensory Perception, merokok maupun tidak memengaruhi apakah para partisipan bisa mengenali rasa asin, manis, atau asam. Walau demikian, efeknya baru terasa pada rasa pahit kafein.
Seperlima perokok dan satu dari empat mantan perokok tidak dapat mengenali rasa dengan tepat. Sementara itu, hanya 13% nonperokok yang gagal lolos di tes ini. Temuan ini menarik, karena biasanya merokok dibarengi dengan minum kopi.
(fit/odi)