Cafe P.A.Y.F (Pay As You Feel) ini awalnya berupa dapur di sebuah pusat komunitas yang dibuka pada Desember lalu. Pemiliknya berharap dapat membeli bangunan dengan uang yang terkumpul.
Ide pembentukan kafe berawal dari banyaknya makanan sisa di penjuru kota. Chef Adam Smith kemudian berinisiatif membuka kafe yang memasak makanan sisa tersebut untuk masyarakat luas. Pada bulan Februari, kafe ini telah menyelamatkan satu ton makanan sebelum berakhir sia-sia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbagai restoran, supermarket, kafe di kota Leeds mendonasikan makanan tiap harinya setelah dilakukan pedekatan oleh pemimpin proyek. Donasi makanan bervariasi mulai dari roti, brokoli, rempah, hingga caviar, jamur truffle, smoked salmon, dan keju mahal.
Relawan mengumpulkan makanan tak diinginkan dan membuatnya menjadi makanan berbeda tiap hari tergantung donasi. Biasanya ada pilihan daging, sandwich, sayuran, dan kadang dessert.
Edd Colbert, salah seorang direktur mengemukakan ide membayar suka rela ini untuk menjembatani penghalang hubungan antara produsen dan konsumen.
"Sejauh ini responnya positif. Anda akan melihat orang yang membayar 50p (Rp 9.500) untuk sebuah sandwich duduk di samping orang yang membayar Β£10 (Rp 191.500) atau seseorang yang tidak mampu membeli sebungkus keripik memakannya dengan gratis," sebut Colbert seperti dikutip dari berbagai sumber.
Menurut Colbert, apa yang dilakukannya memang sudah dikampanyekan selama ini. Pembuangan makanan atau energi merupakan sesuatu yang tak bermoral.
"Jika seseorang melihat saya memasukan brokoli yang masih terlihat sempurna ke dalam tempat sampah, tentu dia akan marah. Semua orang marah akan penyia-nyiaan makanan," ucap Colbert.
Cafe P.A.Y.F dibuka lima hari dalam seminggu dan menyajikan menu sarapan serta makan malam. Kini mereka juga mulai menyediakan katering untuk acara di luar kafe.
(fit/odi)