Inspirasi lahirnya produk coffee flour karena banyaknya sisa buah kopi terbuang untuk memproduksi biji kopi. Dua tahun lalu Dan Belliveau, mantan direktur pelayanan teknis Starbucks, mendapat ide tersebut setelah lama mempelajari produksi kopi. Belliveau kemudian bereksperimen membuat tepung dari sisa buah kopi.
"Istri saya mencoba membuat shortbread cookies dan granola dari tepung kopi. Ternyata rasanya sangat enak dan kami berpikir ada sesuatu yang menarik dari tepung ini," sebut Belliveau.
Produksi coffee flour dilakukan di tiga benua yaitu di Hawaii, Nikaragua, Guatemala, Meksiko, dan Vietnam. Cara inovatif ini diharapkan tidak hanya berguna bagi dunia kuliner tapi juga petani kopi di seluruh dunia.
Belliveau juga menambahkan bahwa biasanya kandungan serat dalam tepung adalah 5-12 persen, sedangkan tepung kopi mengandung 55 persen serat.
Dalam situs resminya, www.coffeeflour.com, coffee flour disebut sebagai tepung kaya nutrisi. Tertulis tepung kopi mengandung serat 5 kali lipat dibanding tepung gandum utuh, 3 kali lipat protein per gram dibanding sayur kale segar, dan 3 kali lipat zat besi dibanding bayam.
Coffee flour disebut 84% lebih rendah lemak dan 42% lebih banyak serat dibanding tepung kelapa. Kalium dalam 28 gram tepung kopi dikatakan dua kali lipat lebih banyak dari pisang.
Uniknya, coffee flour rasanya justru tidak seperti kopi. Rasanya manis dengan aroma lebih mirip bunga, sitrus, dan buah kering. Coffee flour dapat digunakan untuk roti, cake, muffin, brownies, saus, minuman bahkan adonan pasta. Mengenai kafein dalam coffee flour dikatakan jumlahnya lebih sedikit dibanding kopi seduh. Jumlah per sajian tergantung dari resep.
(fit/odi)