Penguji Rasa Makanan Kemasan, Profesi Menarik Meski Berisiko Mulut Melepuh

Penguji Rasa Makanan Kemasan, Profesi Menarik Meski Berisiko Mulut Melepuh

- detikFood
Senin, 07 Apr 2014 11:35 WIB
Foto: NPR
Jakarta - Frozen food, makanan kemasan, hingga kentang goreng melewati berbagai proses sebelum sampai ke konsumen. Salah satunya diuji oleh 'sensory panelist' atau penguji rasa. Walau terlihat sepele, ternyata ada beberapa risiko yang perlu dihadapi.

Hasil rasa gurih dan tesktur renyah makanan kemasan tidak lepas dari campur tangan penguji rasa profesional. Menurut Matthew, seorang mantan penguji rasa, pekerjaannya tersebut tidak selalu nikmat dan menggiurkan. Bahkan seringkali ia pulang ke rumah dengan lepuhan besar di bibir karena mengonsumsi terlalu banyak garam.

“Seorang penguji rasa harus melewati pelatihan intensif untuk mengasah penilaian terhadap makanan secara obyektif. Selama pelatihan yang membutuhkan waktu berbulan- bulan, panelis diajarkan kata- kata deksriptif dan mengukur intesitas setiap karakter rasa,” tutur Tanya Ditschun, pimpinan sensory science di Senomyx, perusahaan yang mengembangkan rasa bahan makanan.

Para penguji rasa diajarkan skala intensitas rasa yang digunakan sebagai acuan untuk membandingkan beberapa makanan. Pada intensitas rasa paling rendah adalah minyak dan paling tinggi adalah jus buah yang kuat. Tapi, kenyataannya untuk membuat satu tim sepakat dengan nilai sebuah produk ternyata cukup sulit.

“Saya menghabiskan satu hari mencicipi belasan produk, mengonsumsi kentang dan mencatat karakteristik tesktur dan rasa sebelum memuntahkan makanan tersebut,” tutur Matthew.

Untuk membersihkan langit- langit mulut, penguji rasa biasanya meneguk air putih, cracker tawar, wortel, dan keju mozzarella. Karena pekerjaan ini cukup menguras tenaga, Tanya menyatakan pekerjaan ini lebih ditujukan untuk paruh waktu.

Walau pekerjaan tersebut tidak menampilkan keglamoran industri makanan kemasan, masih banyak orang yang tertarik untuk menjadi penguji rasa. Perusahaan makanan mengeluarkan banyak uang selama proses perekrutan.

“Perusahaan menghabiskan ribuan dolar untuk menguji beberapa orang.Beberapa produsen mencari konsumen yang didatangkan hanya sekali untuk alternatif lebih murah.” ujar Ann Colonna yang menjalani program sensori di Oregon State University.


(dni/odi)

Hide Ads