Asal nama Bloody Mary memiliki bermacam-macam versi. Salah satunya adalah julukan Ratu Mary I dari Inggris dalam buku Foxe's Book of Martyrs. Meski namanya mengandung 'blood' (darah), koktail ini tak pernah mengandung darah. Hanya warna minumannya yang merah mirip darah segar.
Ternyata, Range Restaurant di Washington DC, Amerika Serikat, mengartikan Bloody Mary secara harfiah. Di dalamnya terkandung consomme (sup bening) darah babi berwarna kuning yang dibuat dengan bahan-bahan sisa dari dapur Range.
"Anda akan mendapatkan sesuatu yang tampak seperti es teh dan rasanya tak beda dengan itu," jelas Dane Nakamura, direktur minuman di Range sekaligus penemu minuman ini. Ia juga mencampurkan vodka Tito's dalam Bloody Mary tersebut.
Nakamura mengatakan bahwa interpretasinya akan Bloody Mary terinspirasi dari kebenciannya terhadap versi klasik koktail tersebut.
"Saya benci Bloody Mary sebagaimana saya membenci saus tomat. Lengket, ada di mana-mana, dan berbau tak sedap," ujar Nakamura. Bagi sebagian orang, darah babi memang beraroma lebih enak dibanding saus tomat yang berbau tajam.
Bagaimana rasanya? "Inilah Bloody Mary paling ringan dan menyegarkan yang Anda pernah coba. Minuman ini kaya dengan rasa daging putih lain yang berasal dari darah, potongan daging babi, dan bacon yang masuk ke mikser," ujar reporter Washington City Paper (06/03/2014) yang mencobanya.
Ia menambahkan, ada jejak rasa adas, bay leaf, dan bawang putih pada minuman yang tampak seperti es teh, bukan Bloody Mary, ini. Koktail ini bisa dipesan dengan harga $12 (Rp 137.000) per gelas.
(dni/odi)