9 Makanan Ini Jadi Langka dan Mahal Akibat Perubahan Iklim (1)

9 Makanan Ini Jadi Langka dan Mahal Akibat Perubahan Iklim (1)

- detikFood
Jumat, 07 Mar 2014 16:24 WIB
9 Makanan Ini Jadi Langka dan Mahal Akibat Perubahan Iklim (1)
Foto: Getty Images
Jakarta - Perubahan iklim berpengaruh secara luas dalam kehidupan manusia, termasuk masalah persediaan pangan. Naiknya suhu serta pola cuaca yang tak menentu bisa menyebabkan makanan sulit didapat karena harganya semakin tinggi dan pasokannya semakin berkurang.

Menurut Huffington Post (05/03/2014), inilah sembilan makanan yang bisa jadi semakin langka dan mahal di tahun 2050 akibat perubahan iklim:

Foto: Getty Images

1. Air

Foto: Getty Images
Air adalah salah satu elemen yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut laporan dari Amerika Serikat pada tahun 2010, di antara tahun 2030-2050, masalah sumber air tawar diramalkan akan semakin parah di wilayah pertanian dan urban besar di negara tersebut.

Wilayah yang bergantung pada lelehan salju untuk pasokan air tawar juga bisa terkena dampak berkurangnya curah salju dan lelehan salju yang lebih awal akibat suhu yang menghangat.

1. Air

Foto: Getty Images
Air adalah salah satu elemen yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut laporan dari Amerika Serikat pada tahun 2010, di antara tahun 2030-2050, masalah sumber air tawar diramalkan akan semakin parah di wilayah pertanian dan urban besar di negara tersebut.

Wilayah yang bergantung pada lelehan salju untuk pasokan air tawar juga bisa terkena dampak berkurangnya curah salju dan lelehan salju yang lebih awal akibat suhu yang menghangat.

2. Kopi

Foto: Getty Images
Biji kopi arabika berasal dari tanaman yang rentan terhadap karat daun kopi. Penyakit ini menyebabkan hasil panen lebih sedikit dan bermutu lebih rendah, bahkan bisa sampai mematikan tanaman. Biang keladinya adalah perubahan iklim, sampai-sampai presiden Guatemala tahun lalu mengumumkan situasi darurat nasional.

Sebenarnya, ada biji kopi robusta yang lebih tahan terhadap penyakit. Namun, citarasanya kurang disukai banyak orang.

Selain itu, sebuah studi pada 2011 meramalkan bahwa Nicaragua yang kini menghasilkan 17% suplai kopi dunia sulit menjadi produsen kopi lagi pada 2050 jika tak ada langkah antisipasi yang dilakukan.

2. Kopi

Foto: Getty Images
Biji kopi arabika berasal dari tanaman yang rentan terhadap karat daun kopi. Penyakit ini menyebabkan hasil panen lebih sedikit dan bermutu lebih rendah, bahkan bisa sampai mematikan tanaman. Biang keladinya adalah perubahan iklim, sampai-sampai presiden Guatemala tahun lalu mengumumkan situasi darurat nasional.

Sebenarnya, ada biji kopi robusta yang lebih tahan terhadap penyakit. Namun, citarasanya kurang disukai banyak orang.

Selain itu, sebuah studi pada 2011 meramalkan bahwa Nicaragua yang kini menghasilkan 17% suplai kopi dunia sulit menjadi produsen kopi lagi pada 2050 jika tak ada langkah antisipasi yang dilakukan.

3. Kacang tanah

Foto: Getty Images
Kacang tanah tergolong tanaman yang 'rewel', membutuhkan curah hujan 500-1000 mm dalam kurun waktu tertentu. Jika curah hujan terlalu rendah, tanaman menjadi kering. Sedangkan jika curah hujan cukup namun terlalu jauh dari masa panen, akan timbul jamur beracun.

Menurut laporan Amerika Serikat pada 2009, tren ini akan menjadi gambaran di masa depan. Wilayah yang banyak menanam kacang tanah diramalkan akan kering. Pada 2011 saja, negara ini mengalami kenaikan harga selai kacang akibat panen kacang tanah terburuk selama 30 tahun yang disebabkan pemanasan global.

3. Kacang tanah

Foto: Getty Images
Kacang tanah tergolong tanaman yang 'rewel', membutuhkan curah hujan 500-1000 mm dalam kurun waktu tertentu. Jika curah hujan terlalu rendah, tanaman menjadi kering. Sedangkan jika curah hujan cukup namun terlalu jauh dari masa panen, akan timbul jamur beracun.

Menurut laporan Amerika Serikat pada 2009, tren ini akan menjadi gambaran di masa depan. Wilayah yang banyak menanam kacang tanah diramalkan akan kering. Pada 2011 saja, negara ini mengalami kenaikan harga selai kacang akibat panen kacang tanah terburuk selama 30 tahun yang disebabkan pemanasan global.

4. Anggur dan wine

Foto: Getty Images
Sejak 30 tahun lalu, para pemetik anggur mulai menyadari perubahan pada tanaman mereka. Anggur matang dua minggu lebih cepat dengan kandungan gula lebih tinggi dan keasaman yang berkurang. Pertumbuhannyapun terhambat akibat kekeringan.

Yang paling buruk, pada 2050 iklim tak akan cocok lagi untuk anggur Cabernet dan Merlot. Sebuah studi dari tahun 2006 juga menyebutkan bahwa di akhir abad ini akan terjadi pengurangan wilayah tanam anggur untuk wine premium di Amerika Serikat.

4. Anggur dan wine

Foto: Getty Images
Sejak 30 tahun lalu, para pemetik anggur mulai menyadari perubahan pada tanaman mereka. Anggur matang dua minggu lebih cepat dengan kandungan gula lebih tinggi dan keasaman yang berkurang. Pertumbuhannyapun terhambat akibat kekeringan.

Yang paling buruk, pada 2050 iklim tak akan cocok lagi untuk anggur Cabernet dan Merlot. Sebuah studi dari tahun 2006 juga menyebutkan bahwa di akhir abad ini akan terjadi pengurangan wilayah tanam anggur untuk wine premium di Amerika Serikat.

5. Apel

Foto: Getty Images
Suhu musim dingin yang menghangat menyebabkan buah apel mengecil. Hasil panen yang lebih sedikitpun bisa menyebabkan harganya naik. Tak hanya itu, rasa apel juga jadi berubah. Menurut peneliti Jepang, perubahan iklim menyebabkan apel Fuji jadi lebih empuk dan manis.

Hal yang sama bisa terjadi pada peach, plum, aprikot, dan pir akibat meningkatnya suhu pada musim dingin.

5. Apel

Foto: Getty Images
Suhu musim dingin yang menghangat menyebabkan buah apel mengecil. Hasil panen yang lebih sedikitpun bisa menyebabkan harganya naik. Tak hanya itu, rasa apel juga jadi berubah. Menurut peneliti Jepang, perubahan iklim menyebabkan apel Fuji jadi lebih empuk dan manis.

Hal yang sama bisa terjadi pada peach, plum, aprikot, dan pir akibat meningkatnya suhu pada musim dingin.
Halaman 2 dari 12
(fit/odi)

Hide Ads