Bermain-main dengan whipped cream, cokelat leleh, strawberry, atau pisang dengan pasangan mungkin dapat meningkatkan hasrat seksual. Namun, makanan-makanan tersebut sensual karena tampilan, tekstur, dan rasanya. Berbeda dengan afrodisiak.
Berasal dari Bahasa Yunani, afrodisiak dikaitkan dengan Aphrodite, dewi cinta Yunani. Afrodisiak adalah zat yang meningkatkan gairah seksual, seperti testosteron, phenylethylamine, serta yohimbine.
Makanan afrodisiak baru terasa manfaatnya setelah dikonsumsi. Contohnya adalah ginseng, tiram, dan torpedo kambing. Setelah menyantapnya, para pria mengaku merasa lebih perkasa di ranjang. Pasangan mereka juga merasa lebih puas akan performa seksual si pria.
Selain ketiga makanan tadi, sejak ribuan tahun lalu sudah banyak makanan dan minuman yang memiliki reputasi membuat hubungan seks makin dahsyat. Meski demikian, dari sudut pandang sejarah dan ilmiah, hasil yang didapat setelah mengonsumsi makanan afrodisiak umumnya karena sugesti atau efek plasebo.
Makanan afrodisiak tak mengenal batas wilayah dan bangsa. Kecuali bangsa Yunani, bangsa Asia juga memiliki sejumlah daftar makanan, minuman, dan rempah yang digolongkan sebagai afrodisiak. Kecuali sebagai pengobatan, racikan rempah Asia ternama sebagai pemicu gairah seks alami.
Tak semuanya terbukti secara ilmiah meningkatkan gairah seks. Adapula afrodisiak yang berefek lemah sehingga harus dikonsumsi dalam jumlah besar dan rutin agar terasa khasiatnya.
Alkohol, ganja, dan zat psikoaktif lainnya juga dapat meningkatkan libido. Namun, zat-zat tersebut tak termasuk afrodisiak karena tidak menghasilkan efek afrodisiak secara konsisten sebagai aksi utamanya. Bahkan, zat-zat ini justru bisa menurunkan performa.
(fit/odi)