Sekelompok orang ini menamakan diri The Vegetable Orchestra. Di dunia, inilah satu-satunya orkestra yang menggunakan sayuran segar sebagai alat musik meski sebelumnya ada kakak beradik dari China yang juga bermain alat musik dari sayuran.
Anggotanya terdiri dari 13 orang dengan berbagai latar belakang seni. Mulai dari musisi, pelukis, sampai desainer. Merekapun bukan vegetarian maupun vegan.
"Bukan (vegetarian atau vegan). Jangan ajukan pertanyaan itu lagi. Kami sudah mendengarnya jutaan kali," tulis juru bicara The Vegetable Orchestra di situsnya.
Dibentuk pada 1998, The Vegetable Orchestra sudah berkeliling dunia untuk memamerkan keahliannya. Benua Eropa, Amerika Serikat, sampai Hong Kong dan Singapura sudah mereka jelajahi. "Ada sekitar 20-30 konser per tahun," kata si juru bicara.
Pada 1998-2012, mereka sudah menggelar 214 konser di berbagai belahan dunia sampai-sampai memegang rekor dunia Guinness! Untuk menunjukkan bahwa proyek ini serius, mereka telah meluncurkan tiga album yakni Gemise, Automate, dan Onionoise.
Sebelum tampil, mereka ke pasar setempat untuk mencari sayuran segar atau kering, berkualitas baik, dan bisa dipakai sebagai alat musik. Kemudian, dengan bantuan bor, pisau tajam, dan beberapa alat lain, mereka menyulapnya menjadi instrumen musik.
"Ada beberapa sayuran yang bisa langsung dipakai. Namun, rekorder wortel, salah satu instrumen kami yang paling rumit, bisa memakan waktu pembuatan 30 menit," tutur si juru bicara.
Labu kuning mereka jadikan drum, seledri dibuat menjadi gitar, paprika dan wortel jadi terompet, dan daun bawang disulap menjadi biola. Merekapun selalu mengembangkan instrumen baru.
The Vegetable Orchestra menggambarkan gaya musiknya sebagai 'gaya sayur' yang terpengaruh musik kontemporer eksperimental, elektronik, konkret, noise, improvisasi, dan pop.
Sayuran tersebut tak dipakai berulang-ulang. Bagian-bagian sayuran yang tak terpakai setelah pembuatan instrumen dibuat menjadi sup yang dibagikan ke penonton setelah konser. Sebagian instrumen diberikan ke audiens, dan sebagian lain menjadi sampah organik.
Bagaimanapun juga, kualitas sayuran yang berbeda-beda di setiap tempat menjadi salah satu tantangan mereka. "Contohnya, perlu wortel ukuran dan kualitas tertentu untuk membuat rekorder wortel. Di beberapa negara, sangat sulit menemukan wortel yang dapat kami gunakan," jelas si juru bicara.
Tantangan lainnya adalah suara yang dihasilkan instrumen bisa berubah seiring waktu saat dipakai di panggung. Salah satunya adalah karena sayuran mengering akibat panas lampu panggung.
"Anda bisa menghasilkan musik dari hampir semua hal. Masing-masing memiliki kualitas akustik yang sangat spesifik dan mewakili semesta suara yang rumit. Setiap benda bisa menjadi alat untuk membuka sudut pandang tersebut," pungkas si juru bicara.
(fit/odi)

KIRIM RESEP
KIRIM PENGALAMAN