Nelayan Amerika Mulai Mengekspor Ubur-ubur ke China dan Jepang

Nelayan Amerika Mulai Mengekspor Ubur-ubur ke China dan Jepang

- detikFood
Senin, 03 Feb 2014 05:50 WIB
Foto: NPR
Jakarta - Di pantai Tenggara AS, ubur-ubur hanya berfungsi sebagai penyerap matahari dan dianggap sebagai hama. Kini, nelayan di Selatan Carolina , Georgia dan Florida justru untung karena ubur-ubur meriam atau jellyballs.

Seperti yang dilansir dalam NPR (01/02/2014), daging ubur-ubur terkenal hambar dan tidak banyak pasar untuk itu di Amerika. Namun, ada pasar yang besar di beberapa negara di Asia seperti China dan Jepang.

Mereka telah melakukan penggaraman, pengeringan dan rehidrasi ubur-ubur selama berabad-abad. Di sana, ubur-ubur meriam sangat dihargai tapi sulit didapat dan diyakini dapat mengurangi radang sendi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak ada yang tahu persis berapa banyak ubur-ubur meriam yang mengambang di sepanjang pantai. Tetapi Jim Page, seorang ahli biologi kelautan dan spesialis ubur-ubur dari Departemen Sumber Daya Alam Georgia, mengatakan ubur-ubur yang melayang dekat permukaan selama musim dingin dan musim semi yang begitu banyak sehingga dalam lima menit perahu dapat membawa sekitar 50 ton dalam sehari.

"Kadang-kadang terlihat seperti Anda dapat berjalan di ubur-ubur, mereka begitu tebal, " tutur Steven Giese, yang membantu untuk memulai sebuah pabrik pengolahan baru di Seabrook, SC yang disebut Carolina Jelly Balls.

“Pabrik, yang akan dibuka pada bulan Februari ini akan mendapatkan ekspor garam kering sebanyak 2.500 ton per minggu,” tutur Giese . Sebuah pabrik serupa di Georgia menangani sekitar 500 ton per minggu. Perikanan ubur-ubur di Georgia kini mejadi tiga terbesar setelah kepiting biru dan udang.

“Makhluk ini dulunya dibenci karena sering menyumbat jaring. Sekarang, nelayan dapat mendapatkan keuntungan $ 5.000 atau sekitar Rp. 61 juta hingga $ 10.000 atau sekitar Rp. 122 juta dalam satu hari dari ubur-ubur. Dalam satu musim ubur-ubur dapat menghasilkan uang sebanyak tiga atau empat musim udang,” tutur Giese

Di Asia ubur-ubur ini biasa digunakan sebagai sajian yang sangat lezat dalam sup pedas dan hidangan mie. Sebelumnya, salah satu restoran Tataki Sushi and Sake Bar di San Fransisco pernah memperkenalkan salad ubur-ubur dengan saus ponzu akan tetapi tidak populer dan akhirnya menghilang.

“Meskipun jumlahnya banyak, akan tetapi penangkapan yang berlebihan dapat berakibat pada hewan lainnya seperti kura-kura laut dan penyu yang sehari-harinya mengonsumsi ubur-ubur dan mereka pun juga berisiko untuk terkena jaring saat nelayan mengambil ubur-ubur,” tutur Gib Brogan seorang analis Pantai Timur Perikanan Oceana.

(odi/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads