Ada hal unik yang terjadi akhir-akhir ini di pinggiran ibu kota Vietnam, Hanoi. Memasuki akhir tahun, mereka memburu tikus-tikus untuk kemudian dikirim ke restoran yang bernama Dan Phuong.
Kelezatan daging tikus ini tersebar sampai seantero Asia bagian selatan. Sebelumnya, memang daging tikus hanya dikonsumsi oleh orang-orang yang tinggal di bagian utara Sungai Merah dan bagian selatan Sungai Mekong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika berhasil mendapatkan satu kilogram daging tikus saja, daging tersebut akan dihargai sebanyak 100.000 dong atau sekitar 48.000-60.000 rupiah. Cara pembuatan tikus panggang ini bisa dibilang agak rumit, dan dikerjakan sendiri oleh orang-orang dari distrik Hoai Duc.
Pertama, para pemburu harus menyiapkan perangkap yang mereka buat sendiri. Tikus-tikus yang masuk perangkap mereka masukkan ke tempat khusus berupa tabung dari bambu dan dicuci hidup-hidup.
Setelah dicuci, hewan hama ini dibuang bulunya. Lalu, Thanh, sang pemilik restoran, akan menyiapkan jerami sebagai alas untuk memanggang tikus. Kemudian, tikuspun dipanggang sampai matang. Setelah itu daging tikus siap dibumbui sesuai selera.
Sebenarnya tikus sawah dan tikus kebun banyak dikonsumsi di daerah Minahasa (Sulaweri Utara). Tikus kebun berukuran besar dianggap lebih bersih karena berkeliaran di kebun, seperti halnya tikus sawah di Vietnam.
(fit/odi)