Susu sapi, kambing, dan domba diolah menjadi konsumsi manusia, di antaranya menjadi keju. Bahkan, susu unta dan kuda juga dimanfaatkan. Namun, sejak dulu susu babi tak pernah diminum oleh manusia.
Padahal, menurut Hank Green dari situs Nerd Fighters, susu babi paling mirip dengan ASI dibandingkan susu hewan lain. Kandungan lemaknyapun paling tinggi, yakni 8,5% dibanding susu sapi (3,5%) dan susu kambing (5-6%).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bayangkan, bagaimana rasa susu babi si pemakan segala, termasuk sampah. "Susu babi berbau seperti daging busuk. Anda tahu susu kambing? Saya suka, tapi banyak orang membencinya. Nah, rasa susu babi lebih kuat daripada itu," ujar juru bicara Flying Pigs Farm, seperti dilansir The Village Voice.
Beragamnya makanan babi juga membuat rasanya tak konsisten. "Lebih encer daripada susu sapi," ujar sang juru bicara.
Selain itu, menurut Green, susu babi juga tidak mengandung asam lemak rantai pendek yang membuat susu kambing, domba, dan sapi terasa seperti susu yang kita kenal. Jadi, susu babi yang terdiri dari asam lemak rantai panjang akan terasa aneh bagi kita.
Di luar masalah rasa, babi tak dimanfaatkan susunya karena tak memiliki ambing (kantung kelenjar susu) seperti sapi. Susu yang dihasilkan hanya keluar selama 15 detik, sementara sapi bisa mencapai 10 menit.
Meski memiliki puting susu lebih banyak yakni 14 dibanding sapi yang hanya empat, puting susu babi keras dan tersembunyi. Berbeda dengan kelenjar susu sapi yang lembut dan mudah diperah.
Menurut komentar Stefan Gates di BBC, babipun sulit diam jika disentuh manusia dibanding sapi yang jinak. Jika Anda berusaha mengekangnya, mereka akan gelisah. Jangankan menahannya, menangkapnya saja susah.
Mungkin masalah rasa, konsumsi hewan, kandungan susu, sedikitnya susu yang dihasilkan, dan perilaku hewan juga yang menyebabkan susu anjing dan susu kucing tak dimanfaatkan untuk konsumsi manusia.
(fit/odi)