Untuk membuat produk cokelat, dibutuhkan biji kakao yang akan memproduksi cocoa butter dan bubuk kakao. Tapi, permintaan tinggi akan cocoa butter untuk produk cokelat premium dan pengembangan usaha para penggiling cokelat menyebabkan sisa bubuk kakao yang berlebihan, sehingga memicu penurunan tajam pasokan cacao butter.
Meningkatnya permintaan dari kalangan masyarakat menengah di Asia membuat harga cocoa butter dari $4.000 per ton enam bulan lalu, menjadi $7.000. Menurut Euromonitor International pada tahun 2013, diperkirakan masyarakat dunia akan mengonsumsi 7,4 milyar ton cokelat, naik dua persen dari awal tahun dengan 110 juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa produsen cokelat besar menyangkal akan menaikkan harga cokelat menyusul kenaikan harga ini. Tapi, sebagaian besar pembuat cokelat skala kecil menyatakan sudah menaikkan harga produk cokelat mereka 30-40 persen sejak Januari.
Sistem bernama 'butter ratio' digunakan untuk menentukan harga produk yang telah mencapai harga tertinggi selama lima tahun. Rasio ini ditetapkan oleh penggiling tergantung permintaan dan persediaan lalu dikali dengan harga kakao mendatang di London dan New York untuk menentukan harga cocoa butter.
Saat ini rasio sekitar 2,9 di Amerika Serikat dibandingkan 1,0 sekitar satu setengah tahun lalu, sementara harga biji kakao juga mengalami kenaikan. Harga cocoa butter saat ini sekitar $7 (Rp 79.800) dari biaya satu kilogram cokelat. Permintaan yang tinggi tersebut memberikan kesempatan penggiling untuk tawar menawar. Jadi mereka yang mau membeli cacao butter harus membeli bubuk kakao juga.
(dni/odi)