Soto Betawi memiliki ciri khas berkuah gurih santan atau susu. Menebarkan aroma pala, cengkih dan kapulaga yang semerbak. Isiannya daging sapi dan jeroannya yang empuk gurih. Air jeruk limau, emping dan acar timun merupakan pelengkap yang tak boleh ditinggalkan.
Biasanya kuah santan diracik dengan bumbu sederhana. Santan kental dari perasan kelapa dimasak dengan daun jeruk, cengkih dan biji pala. Semakin segar jika ditambahkan jahe, kayu manis dan minyak goreng secukupnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kuah gurih soto ini punya dua racikan bumbu yang agak berbeda. Ada yang putih saja dan ada juga yang putih kemerahan dengan rasa agak pedas. Meskipun keduanya juga memakai isian yang sama. Tentunya tergantung selera, suka yang gurih pekat atau gurih pedas.
Tidak hanya soto daging yang terkenal di Betawi, ada satu lagi sajian soto yang tak kalah enaknya yaitu soto tangkar. Meskipun keduanya mirip namun kuah soto ini diracik dengan bumbu yang berbeda. Umumnya menggunakan gerusan kunyit, bawang putih, udang kering dan terasi. Sehingga rasa kuahnya jadi lebih sedap dan gurih.
Soto tangkar sendiri sudah populer sejak jaman kolonial. Saat itu kondiri warga Betawi masih susah karena jaman perang. Kemudian warga Betawi membuat soto dengan isian tangkar atau bagian dari iga sapi yang sedikit dagingnya. Sejak itulah, soto ini terkenal dengan sebutan soto tangkar.
Seiring berkembangnya jaman, isian soto tangkar ditambahkan dengan jeroan seperti paru, iso, babat, kikil, tulang muda dan lain sebagainya. Warna kuah soto tangkar berbeda dengan soto daging, umunya lebih cerah berwarna kuning kemerahan. Soto ini juga enak ditambahkan dengan emping melinjo dan seporsi nasi hangat.
(dyh/odi)