Scott B., seorang warga Washington DC, Amerika Serikat, ditolak oleh barista Chinatown Coffee saat meminta 3 shot espresso yang diberi es untuk dibawa pulang. Barista tersebut beralasan bahwa campuran itu akan merusak kualitas kopi. Ia malah menawarkan americano, espresso yang dilarutkan dengan air atau es. Namun Scott bersikukuh.
Si barista tetap menolak mengabulkan permintaan Scott. Alasannya, kedai kopi tempatnya bekerja membuat espresso terbaik di kota tersebut. Sang barista pun berlalu sebelum Scott sempat berkata-kata. Kecewa, Scott menuliskan reviewnya di website Yelp pada Jum'at (22/6). Ia mengatakan tak akan kembali lagi ke sana meski sebelumnya ia menjadi pelanggan tetap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus ini hampir sama dengan peristiwa yang dialami Jeff Simmermon di tahun 2008. Saat ia memesan triple espresso dan secangkir es di Murky Coffee, ia ditolak oleh barista yang bernama David Flynn. Karena Simmermon bertahan dengan permintaannya, akhirnya sang barista menyajikan espresso dan es batu, tanpa senyum.
Menurut Simmermon, saat ia mencampurkan kopi dengan es, sang barista marah-marah. "Tindakan saya dianggap salah. Ia juga mengatakan bahwa kedainya selalu menjaga integritas kopi. Katanya, memperbolehkan pelanggan mengencerkan espresso dengan air tidak sesuai dengan kebijakan tersebut," kata Simmermon seperti dikutip dari Washington Post.
Hal ini memicu kemarahan Simmermon. Pria ini mengatakan bahwa ia bebas melakukan apapun yang ia suka terhadap produk yang ia bayar. Ia pun menceritakan kejadian tersebut secara terperinci di blog pribadinya, sebagian dengan kata-kata kasar. Tak ayal, perselisihan tersebut jadi konsumsi publik.
Pemilik Murky Coffee, Nicholas Cho, mengetahui laporan tersebut dan membalasnya di dunia maya pula. "... Kami tidak menyajikan espresso untuk dibawa pulang, tidak pula menyuguhkan espresso dengan es. Ini aturan kami, dan kami punya alasannya," tulis Cho di website Murky Coffee. Menurut pria ini, espresso yang disiramkan ke atas es akan menghasilkan reaksi yang membuat minuman tersebut terasa asam.
"Jika Anda tidak suka dengan kebijakan kami, dengan hormat saya menganjurkan Anda mencari tempat lain yang akan menuruti permintaan tersebut. Atau, Anda dapat memilih menu lain yang kami sajikan," tambah Cho.
Tak disangka, perang dunia maya ini semakin memanas. Blog keduanya jadi banyak dikunjungi pengguna internet. Pihak yang mendukung Simmermon mengatakan bahwa pembeli adalah raja, ia berhak melakukan apa yang ia suka setelah membayar. Mereka mengatakan bahwa barista rupanya kini menjadi coffee police.
Di sisi lain, tak sedikit pula yang membela barista dan mengatakan bahwa pihak kedai hanya berusaha menjaga kualitas kopi. Beberapa orang justru menyayangkan keputusan Simmermon untuk mempublikasikan masalah ini ke dunia maya sehingga perseteruan malah semakin parah.
Menurut Anda, siapa yang benar?
(fit/odi)