Itulah yang membuat Reno Andam Suri, seorang wanita Minang tertarik untuk menggali pusaka kuliner ini dan menuliskan dalam sebuah buku 'Rendang Traveler'. Banyak buku rendang yang ada hanya bersi resep rendang. Buku ini justru mengulas seluk-beluk rendang secara cermat dan lengkap.
"Saya mulai melakukan survei pada tahun lalu dengan mendatangi beberapa daerah mulai dari Padang hingga ke Payakumbuh, saat meneliti ternyata masing-masing daerah di Minang punya ciri khas rendang sendiri," tutur Reno Andam Suri.
Saat melakukan survei, penulis juga dibantu oleh seorang food stylist chef bernama Adzan Tri Budiman. Dari surveinya ke beberapa daerah di Minang, ternyata ada banyak jenis rendang lainnya yang tidak terbuat dari daging.
Misalnya rendang ikan khas Kota Painan, ada juga rendang daun kayu khas dari Payakumbuh yang bumbunya menggunakan 40 macam daun dan ikan gabus untuk menciptakan rasa yang khas.
Semua jenis rendang yang ada dalam bukunya, ada beberapa yang sudah diketahui Reno, namun ada juga jenis rendang lainnya yang diinformasikan oleh orang terdekatnya. “Setelah bukunya jadi ternyata masih banyak jenis rendang lain seperti rendang teri,” tambah Reno Andam.
Rendang juga selalu disajikan saat pesta adat seperti lamaran dan pernikahan. Sebanyak satu kilo daging dimasak rendang dan disajikan diatas taplak putih panjang. Setelah tersaji rendang ini tidak untuk dimakan melainkan untuk dipertontonkan atau dipamerkan. Rendang menjadi bagian tradisi masyarakat Sumatra Barat.
Ternyata Reno Andam Suri tak hanya pandai dalam menulis, ia juga pandai membuat rendang. Hal ini terbukti dari usaha berjualan Rendang Uni Farah yang udah dirintis ejak tahun 2004. Rendang buatannya memakai kemasan modern yang kedap udara sehingga tahan lama.
Buku Rendang Traveler yang diluncurkan pada hari Jum'at ( 9/6) lalu di Gramedia Grand Indonesia ini dijual dengan harga Rp. 78.000. Sebuah rekaman warisan kuliner yang patut dimiliki oleh pencinta kuliner nusantara.
(dyh/odi)