Tidak Mudah Melacak Kehalalan Setiap Makanan

Tidak Mudah Melacak Kehalalan Setiap Makanan

Maya Safira - detikFood
Kamis, 22 Sep 2016 19:05 WIB
Foto: iStock
Jakarta - Seorang pakar di Oman menyebut tidak mudah melacak kehalalan makanan. Tanda halal yang ditemui di sana saja tidak bisa menjadi jaminan.

Dilansir dari Times of Oman (21/09), Assad Sajjad selaku CEO Gulf Halal Centre mengatakan tidak ada cara yang akurat dalam mengetahui kehalalan makanan yang dijual di gerai-gerai. Ia menyampaikan hal ini dalam Food and Health Expo 2016.

"Mengunjungi beberapa jaringan makanan cepat saji yang memiliki cap halal terletak berdampingan dengan nama produknya, saya selalu bertanya pada mereka bagaimana persisnya semua makanan di sana halal? Mungkin bahan utama mereka halal, tapi bagaimana dengan minyak yang dipakai untuk masak dan rempah yang digunakan. Sangat sulit untuk menelusuri itu," ungkap Sajjad, seperti dilansir dari Times of Oman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sajjad juga menyebutkan dalam Gulf Cooperation Council (GCC), pemerintah biasanya mengikuti Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP). Proses tersebut untuk memeriksa keamanan makanan, tapi tidak ada pemeriksaan konkret apakah makanan halal atau tidak.

Menurut pembicara lainnya, Mufti Zeeshan Abdul Aziz, kepala Gulf Halal Centre, Sharjah board, ini penting untuk memeriksa organisasi yang mengeluarkan sertifikasi. Hanya keberadaan cap halal dalam iklan produk tidak membuktikan apa-apa.

Aziz pun setuju bahwa sangat sulit memeriksa dengan tepat apakah produk halal atau tidak.

"Alasannya adalah bahwa tiap produk punya beberapa bahan yang diproduksi di tempat berbeda. Oleh karena itu menjaga pelacakan keseluruhan rantai pasokan sangatlah sulit. Ada banyak cara makanan bisa didiskualifikasi dari kategori halal mulai dari cara penyembelihan hingga proses masak," ucap Aziz.

Meski begitu, ia menekankan edukasi individu jadi kunci penting dalam memastikan kehalalan makanan.

"Tiap makanan punya bahan-bahan yang disebutkan dengan jelas. Jika seseorang cukup berpendidikan mengenai bahan halal dan haram, mereka lebih mudah tidak salah pilih," tambah Aziz.

Ia mencontohkan aditif L16 yang diproduksi dari rambut manusia dan bebek. Bahan tidak halal itu biasa digunakan untuk meningkatkan kualitas roti. Namun hanya sedikit orang yang membaca label bahan makanan.

Aziz menambahkan bahwa ada alternatif halal untuk semua bahan. Termasuk gelatin, aditif warna dan lainnya. Masyarakat setempat harus dididik mengenai itu agar bisa memanfaatkan bahan pengganti yang halal. (lus/odi)

Hide Ads