Dilansir dari Times of Oman (21/09), Assad Sajjad selaku CEO Gulf Halal Centre mengatakan tidak ada cara yang akurat dalam mengetahui kehalalan makanan yang dijual di gerai-gerai. Ia menyampaikan hal ini dalam Food and Health Expo 2016.
"Mengunjungi beberapa jaringan makanan cepat saji yang memiliki cap halal terletak berdampingan dengan nama produknya, saya selalu bertanya pada mereka bagaimana persisnya semua makanan di sana halal? Mungkin bahan utama mereka halal, tapi bagaimana dengan minyak yang dipakai untuk masak dan rempah yang digunakan. Sangat sulit untuk menelusuri itu," ungkap Sajjad, seperti dilansir dari Times of Oman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurut pembicara lainnya, Mufti Zeeshan Abdul Aziz, kepala Gulf Halal Centre, Sharjah board, ini penting untuk memeriksa organisasi yang mengeluarkan sertifikasi. Hanya keberadaan cap halal dalam iklan produk tidak membuktikan apa-apa.
Aziz pun setuju bahwa sangat sulit memeriksa dengan tepat apakah produk halal atau tidak.
"Alasannya adalah bahwa tiap produk punya beberapa bahan yang diproduksi di tempat berbeda. Oleh karena itu menjaga pelacakan keseluruhan rantai pasokan sangatlah sulit. Ada banyak cara makanan bisa didiskualifikasi dari kategori halal mulai dari cara penyembelihan hingga proses masak," ucap Aziz.
Meski begitu, ia menekankan edukasi individu jadi kunci penting dalam memastikan kehalalan makanan.
![]() |
Ia mencontohkan aditif L16 yang diproduksi dari rambut manusia dan bebek. Bahan tidak halal itu biasa digunakan untuk meningkatkan kualitas roti. Namun hanya sedikit orang yang membaca label bahan makanan.
Aziz menambahkan bahwa ada alternatif halal untuk semua bahan. Termasuk gelatin, aditif warna dan lainnya. Masyarakat setempat harus dididik mengenai itu agar bisa memanfaatkan bahan pengganti yang halal. (lus/odi)