Pembuat Sirop de Liege menghadapi reaksi keras masyarakat Belgia saat berusaha memasuki pasar Islam di luar negaranya. Siroperie Maurens, bisnis keluarga yang sudah membuat resep sirup sejak tahun 1902, pun menghadapi seruan boikot. Sejak pengumuman akan memakai sertifikasi halal, cemoohan secara online terus berdatangan.
Padahal pemakaian sertifikasi halal bertujuan membantu perusahaan masuk ke pasar seperti Indonesia dan Mesir. Sebab kini industri buah Eropa berada di bawah tekanan karena sanksi terhadap Rusia yang menghentikan eskpor makanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semuanya semakin mengglobal. Kami perlu memenuhi kebutuhan pasar berbeda. Saya tahu bahwa ada kecenderungan Islamophobia di Belgia sekarang, tapi tidak sampai titik ini," ujar Bernard Meurens, keturunan dari pendiri perusahaan, seperti dilansir dari The Telegraph (17/08).
Awalnya berita sertifikasi halal itu diangkat oleh surat kabar lokal, La Meuse. Di situs surat kabar, ada lebih dari 600 komentar pembaca. Sebanyak tiga perempatnya berupa komentar negatif. Ada yang mengatakan produk jadi tidak layak bagi Katolik, ada pula yang akan membuang sirupnya, dan ingin memboikot.
Banyak pemakai sosial media ikut membuat lelucon dari gambar Sirop de Leige dan mengaitkan dengan pemahaman mereka akan Islam. Misalnya menulis 'Je Suis Sirop de Liege', mengikuti peristiwa Charlie Hebdo.
Josep Charlie selaku mantan pemimpin Mouvement Reformateur, partai liberal berkuasa, ikut melakukan protes.
"Dalam usia 68 tahun, saya tidak menerima apapun yang mengharuskan saya makan halal. Ini adalah masalah prinsip. Sikap yang dilakukan Maurens akan menghancurkan peradaban kita," tegas Joseph yang menambahkan Belgia akan segera berada dibawah kendali ekstremis.
Partai sendiri menjauhkan diri dari pernyataan tersebut. Mereka mengatakan ikut mendukung perusahaan pembuat Sirop de Liege.
Sebanyak 1.200 produk Belgia, termasuk makanan nsional seperti waffle, kentang goreng dan cokelat, sebanarnya sudah mendapat sertifikasi halal. Namun kasus sirup buah nampak memicu hubungan buruk penduduk Belgia dan muslim di sana.
(msa/odi)