"Konsumen Tiongkok sangat peduli terhadap kualitas dan penanganan makanan. Produksi daging halal tak hanya memastikan kesejahteraan hewan, tapi juga kesehatan dan kebaikan produk tersebut," kata Menteri Industri dan Sumber Daya Primer Brunei, YB Pehin Dato Hj Yahya.
Pria bergelar lengkap Yang Berhormat Pehin Orang Kaya Seri Utama Dato Seri Setia Awang Haji Yahya bin Begawan Mudim Dato Paduka Haji Bakar ini juga menambahkan bahwa sertifikasi halal Brunei cukup ketat, sehingga kualitas produknya terjamin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rabu (17/09/2014), pemerintah menandatangani nota kesepahaman untuk membangun Koridor Ekonomi Brunei-Guangxi. Kedua negara sedang membicarakan rute pengiriman langsung untuk memangkas biaya dan waktu transportasi yang dapat meningkatkan perdagangan dan investasi.
Menurut Yahya, pengusaha lokal sebaiknya memanfaatkan potensi industri halal baru dengan adanya akses langsung terhadap bahan-bahan mentah dari pasar Tiongkok.
Sependapat dengan Yahya, Presiden Asosiasi Pertemanan Brunei-Tiongkok Dr Hj Kamaruddin Dato Seri Paduka Hj Talib mengatakan bahwa produksi halal dan dukungan logistik terhadap perpindahan barang-barang ini adalah bisnis besar di Tiongkok.
"Jika ada perusahaan Brunei berpengalaman di bidang logistik, mereka seharusnya memanfaatkan peluang ini di Tiongkok. Kita kekurangan jalur transportasi udara, dan masalah ini perlu segera diatasi. Lewat laut tak ada masalah, namun banyak yang perlu diperbaiki dari jalan udara," tambah Talib.
Merek Brunei Halal sejauh ini berfokus memasarkan produknya ke pasar Eropa yang menguntungkan. Namun perlahan-lahan, merek ini mulai mengincar Asia Timur. "Saat ini, kita menghasilkan uang di Eropa. Tiongkok, Jepang, dan Korea, inilah pasar halal baru," ujar Yahya.
Pemerintah Brunei dan Guangxi juga sudah membicarakan cara meningkatkan produksi makanan dengan menambah ekspor produk asal Tiongkok untuk diolah di Brunei. Cara lainnya adalah dengan berinvestasi pada proyek infrastruktur pertanian.
Brunei telah memiliki BioInnovation Corridor, taman industri halal seluas 500 hektar untuk mengolah makanan ekspor. Yahya mengatakan bahwa pihaknya sedang mengeksplor kemungkinan produksi gabungan beras, kentang, cabai, dan herba.
"Dengan cabai, kita bisa memproduksi sari buah apel, cuka, dan jus. Produk tersebut bisa dijual dan dipasangi logo Brunei Halal," ujar Yahya. Selain itu, ia menambahkan bahwa gubernur Guangxi mengatakan bahwa mereka mampu membuka perkebunan kentang.
"Mereka tahu orang Brunei suka keripik kentang, jadi mereka bisa menanam dan memasok kentang ke Brunei," kata Yahya kepada The Brunei Times (18/09/2014) di sela-sela Expo ASEAN-Tiongkok di Nanning, Tiongkok.
(fit/odi)