Ramadan kali ini istimewa karena berbarengan dengan kompetisi Piala Dunia FIFA 2014 yang semakin sengit. Namun, tak perlu khawatir. Brazil telah menyediakan panduan bagi muslim.
Sebagai muslim sekaligus penggemar berat sepakbola, menjalankan puasa di Brazil adalah tantangan berat. Bagaimana tidak? Brazil adalah tempatnya tarian sensual serta minuman dan makanan tak halal. Belum lagi jam pertandingan yang bersinggungan dengan waktu salat serta lingkungan yang tak mendukung untuk menjalankan aturan Islam.
Federasi Asosiasi Muslim Brazil (FAMBRAS) siap membantu. Lembaga ini membagi-bagikan 65.000 buklet 'Salam Brazil' setebal 32 halaman. Di dalamnya terdapat jadwal salat serta alamat pusat Islam, masjid, restoran halal, dan pusat hiburan syariah di kota-kota tuan rumah Piala Dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
FAMBRAS juga mengunjungi hotel-hotel tempat menginap tim muslim dari Aljazair, Kamerun, Pantai Gading, Nigeria, Iran, dan Bosnia-Herzegovina. Mereka akan mengedukasi staf hotel terkait Ramadan dan peraturan khusus yang menyertainya.
Ada pula 'Bus Salam' yang akan berkeliling Brazil membagikan beragam buku dalam beberapa bahasa. Menurut situs OnIslam (30/06/2014), bus ini akan membawa slogan 'Kenali Islam' dan 'Islam adalah damai'.
Menurut Wakil Presiden FAMBRAS Ali Hussein El Zoghbi, proyek ini adalah salah satu inisiatif FAMBRAS untuk membantu menghilangkan prasangka dan ketidaktahuan tentang Islam. Mereka merencanakannya selama tiga tahun dengan bantuan dari Dewan Tertinggi Imam dan Hubungan Islam Brazil.
Komunitas muslim hanyalah 0,02% dari perkiraan populasi 201 juta jiwa di Brazil. Namun angkanya bertambah berkat gelombang pengungsi dari Syria, Lebanon, dan Palestina.
Lebih dari 50.000 fans sepakbola muslim diperkirakan berkunjung ke Brazil, terutama dari Iran, Nigeria, dan Aljazair. Adapula dari Amerika Serikat, Inggris, Malaysia, dan negara-negara teluk. FAMBRAS melihatnya sebagai peluang besar untuk menyebarkan citra positif Islam kepada nonmuslim.
Namun, seperti diberitakan media Timur Tengah Al Bawaba (22/06/2014), ulama konservatif menghimbau muslim untuk tidak menonton sepak bola sama sekali. Mereka merujuk pada protes di Brazil terkait korupsi dan dampak negatif Piala Dunia terhadap masyarakat lokal.
Diperkirakan 250.000 orang dipindahkan dari perkampungan kumuh di kota demi pembangunan untuk Piala Dunia. Hal ini dinilai haram. Selain itu, muslim akan tergoda tetap menonton pertandingan sepak bola di televisi sementara waktu salat Tarawih telah tiba.
Akankah muslim memprioritaskan Ramadan yang datang setahun sekali dibandingkan Piala Dunia yang hanya empat tahun sekali? Keputusannya kembali ke diri masing-masing.
(fit/odi)