Antioksidan Halalkah?

Antioksidan Halalkah?

- detikFood
Rabu, 23 Jun 2010 18:15 WIB
Jakarta - Pernah menemukan minyak goreng berbau tidak enak? Atau kue dan kerupuk yang baunya apek? Itulah awal munculnya ketengikan yang biasanya dicegah dengan menggunakan bahan antioksidan. Tapi bagaimana status kehalalan dan kethoyiban antioksidan ini?

Jika minyak mulai berbau tidak enak atau kue dan kerupuk mulai berbau apek. Nah, biasanya gejala tersebut muncul seiring dengan tekstur kerupuk yang mulai melempem.

Minyak dan makanan yang mengandung lemak akan cepat mengalami ketengikan. Sebabnya adalah reaksi oksidasi pada minyak atau lemak tersebut yang menyebabkan perubahan struktur lemak sehingga menghasilkan bau tengik. Oleh karena itu, untuk mencegah ketengikan tersebut biasanya digunakan bahan antioksidan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahan antioksidan yang sering digunakan dalam industri minyak dan makanan bermacam-macam. Ada yang berasal dari bahan sintetis dan ada pula yang berasal dari bahan alami. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri, baik dari sudut halal maupun kesehatan (thoyib).

Antioksidan yang berasal dari bahan sintetis memiliki sifat pencegahan ketengikan yang lebih tahan lama dan stabil, terutama pada suhu dan cahaya yang ekstrim. Namun dari sudut kesehatan, bahan tersebut mendatangkan efek negatif seperti munculnya penyakit kanker dan gangguan liver, terutama untuk pengunaan berlebihan.

Contoh dari antioksidan ini adalah BHA, BHT, dan TBHQ yang merupakan senyawa kimia sintetis. Komponen lain yang sering digunakan sebagai antioksidan adalah hasil ekstraksi dari bahan alami. Karena berasal dari bahan alami, maka antioksidan ini jauh lebih aman dan bersahabat. Tidak ada reaksi negatif yang muncul, meski efektifitas dan stabilitas bahan alami ini masih kalah dibanding antioksidan sintetis.

Dari segi kehalalan, antioksidan sintetis sebenarnya relatif lebih aman karena hampir tidak ada unsur haram masuk kedalamnya. Sedangkan yang alami, kehalalannya masih harus dikasi lagi. Dari sumber bahan baku, perlu diteliti apakah bahan yang digunakan berasal dari bahan jalal ataukah tidak.

Apakah dengan demikian antioksidan sintetis lebih baik? Dari segi kesehatan tentu saja tidak. Di negara-negara maju pengunaan BHA, BHT, dan TBHQ tersebut sudah dilarang, namun pemerintah Indonesia belum melarang secara resmi meski membatasi pengunaannya.

Kalau boleh memilih, tentunya kita lebih memilih antioksidan alami yang bersal dari bahan halal dan dilapisi dengan bahan yang halal pula. Dengan demikian akan terpenuhi syarat halal dan thoyib bagi tubuh.

(Sumber LPPOM MUI)

(dev/Odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads