Jika berbicara soal bumbu, orang akan selalu bertanya 'baunya seperti apa?' atau 'rasanya seperti apa?'. Tetapi saat menjawab pertanyaan tersebut untuk wasabi, orang Jepang sekalipun akan bingung membuat diskripsi rasanya. Rasa wasabi bukan pedas, yang membuat bibir dan lidah panas, berkeringat dan aromanya juga tidak menyengat kuat seperti merica. Jika mengenai rongga mulut dan kerongkongan, rasa menyengat seperti gas amoniak segera menyerbu rongga hidung dan kerongkongan sehingga rasanya seperti akan bersin. Jika tak kuat, mata akan berair, hidungpun mengeluarkan tetesan lendir bening. Inilah kehebatan wasabi yang tak ada duanya di dunia.
Dari segi penggolongan tanaman, wasabi dianggap sebagai kelompok kol dan dikenal dengan nama Latin, Wasabia japonica, Cochlearia wasabi. Tanaman ini memiliki daun berujung runcing, dengan bunga berwarna putih cantik dan umbinya beralur-alur (mirip ginseng) dengan warna hijau muda. Umbi inilah yang kemudian diparut halus. Wasabi juga disebut sebagai Japanese horseradish. Wasabi harganya relatif mahal, terutama yang segar dan berkualitas bagus. Di pasaran wasabi dijual dalam bentuk bubuk dan pasta (yang sudah dicampur air). Karena itu kini di pasaran dijual wasabi tiruan yang dibuat dari biji mustard, horseradish yang diparut dan pewarna hijau, dikemas dalam tube mirip pasta gigi. Untuk membedakan yang asli cukup mudah, yang asli biasanya diberi label 'hon wasabi' atau wasabi Jepang. Wasabi dalam bentuk bubuk sebenarnya kurang disuka karena aroma dan rasa tajamnya mudah luntur atau berkurang saat dikeringkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Indonesia, wasabi asli dan imitasi mudah diperoleh di toko bahan makanan Jepang atau Korea dan di pasar swalayan besar. Harganya relatif mahal! (dev/)