Sebuah rumah di kawasan Pasar Baru menjadi tempat kulineran seru. Sang pemilik bernama Dewi menawarkan menu burger racikannya sendiri di kedainya yang bernama Jungen Joint. Foto: Yenny Mustika Sari/detikcom
Tempat makan burger satu ini sering disebut 'hidden gem', karena memang tak banyak yang tahu. Jungen Joint mulai dikenal karena banyak yang mengulasnya di media sosial dan berhasil membuat penasaran. Foto: Yenny Mustika Sari/detikcom
Cita rasa Timur Tengah menjadi ciri khas pada sajian patty-nya. Dewi mengatakan kalau ia meracik patty itu menggunakan 5 bumbu rempah khas Timur Tengah. Foto: Yenny Mustika Sari/detikcom
Jumlah burger yang ditawarkan per harinya adalah 30 porsi saja. Dewi mengaku tak akan menambahkan kuotanya karena berkomitmen pada dirinya sendiri. Foto: Yenny Mustika Sari/detikcom
Dewi mengungkapkan kalau dirinya adalah seorang penyintas kanker selama 8 tahun. Oleh karena itu, ia tidak boleh terlalu lelah. Foto: Yenny Mustika Sari/detikcom
Menu burger yang ditawarkan hanya ada 3, yaitu Jungen Signature, Jungen +, dan The Franck. Perbedaannya ada pada kondimen yang ditambahkan ke sajian burger masing-masing. Foto: Yenny Mustika Sari/detikcom
Perbedaan dua menu ini ada pada isian kondimen burger. Jika Jungen Joint hanya terdiri atas roti brioche bun, single beef patty, keju cheddar, pickle, dan caramelized onion. Foto: Yenny Mustika Sari/detikcom
Sementara untuk The Franck lebih komplet, karena ada tambahan telur mata sapi, beef bacon, dan onion ring. Cita rasa The Franck ini lebih kompleks karena ada tambahan sensasi gurih dari beef bacon hingga onion ring. Foto: Yenny Mustika Sari/detikcom
Dewi mengungkapkan kalau hampir semua bahannya dibuat sendiri. Di antaranya seperti brioche bun, beef patty, caramelized onion yang dimasak 12 jam, mayones, hingga pickle. Foto: Yenny Mustika Sari/detikcom
Jungen Joint buka dari pukul 11.00 WIB dan bisa habis dalam waktu singkat. Setiap Senin gerai ini akan tutup. Foto: Yenny Mustika Sari/detikcom