8 Soto Legendaris di Indonesia, Ada Sajian yang Bertahan Lebih dari 1 Abad!

Soto tertua di Indonesia
Soto Sapi Pak Darodji di Wonosobo sudah ada sejak 1920. Artinya, tahun ini sudah memasuki usia 105 tahun. Racikan sotonya unik karena dipadukan lontong dengan isian potongan daging sapi besar dan empuk. Foto: Jaso Jangan Soto
Soto tertua di Indonesia
Jalan-jalan ke Jogja, pencinta soto legendaris bisa mampir ke Warung Soto Kadipiro yang ada sejak 1921. Soto yang dirintis Karto Wijoyo ini berisi daging ayam kampung, tauge, dan seledri. Ada juga aneka gorengan dan sate-satean sebagai pilihan pelengkap. Foto: Dedi Sopandi Sofwan
Soto tertua di Indonesia
Ditawarkan di warung sederhana, Soto Sangka Banyumas sudah eksis sejak 1925. Perintisnya adalah Mbah Sangka yang meracik soto dengan kaldu ayam kampung, kecambah, daun bawang, kacang goreng, hingga irisan ketupat. Foto: waluyo ibn dischman
Soto tertua di Indonesia
Soto Podjok merupakan salah satu kekayaan kuliner legendaris di Kediri. Racikan sotonya sudah ada sejak 1926. Ciri khasnya memakai kuah kaldu keruh dengan rasa gurih, ditambah suwiran ayam dan kecambah. Foto: Novi Nitya Santi
Soto tertua di Indonesia
Kalau di Jakarta, ada Soto Betawi H. Ma'ruf sejak 1943 yang merupakan milik almarhum H. Ma'ruf bin Sahib. Soto Betawi di sini unik karena diracik bukan pakai santan, melainkan susu. Isiannya ada daging dan jeroan. Foto: Miranti Vidyasari
Soto tertua di Indonesia
Soto Banjir Karang Anyar ada sejak 1955 di Jalan Astana Anyar Nomor 43, Bandung. Soto berkuah bening di sini berisi daging sapi, tapi bisa juga dicampur babat atau usus. Pelengkapnya berupa irisan lobak dan kacang kedelai goreng. Foto: Lidya Octavia
Soto tertua di Indonesia
Di Jakarta juga ada soto Betawi legendaris, Soto Cawang sejak 1952. Lokasinya unik di dalam tempat parkir bus dan mobil. Sotonya tanpa susu dengan isian daging, jeroan sapi, dan perkedel. Foto: Cecep Yoesmadi
 
Soto tertua di Indonesia
Soto Triwindu di Solo juga layak masuk daftar soto legendaris di Indonesia karena sudah ada sejak 1939. Awalnya dijajakan dengan cara dipikul di sekitar area Mangkunegaran, kemudian menetap di Pasar Triwindu. Isiannya irisan daging sapi dan tauge dan disajikan di mangkuk porselen. Foto: Faiqoh Nur Rochim
 
Soto Sapi Pak Darodji di Wonosobo sudah ada sejak 1920. Artinya, tahun ini sudah memasuki usia 105 tahun. Racikan sotonya unik karena dipadukan lontong dengan isian potongan daging sapi besar dan empuk. Foto: Jaso Jangan Soto
Jalan-jalan ke Jogja, pencinta soto legendaris bisa mampir ke Warung Soto Kadipiro yang ada sejak 1921. Soto yang dirintis Karto Wijoyo ini berisi daging ayam kampung, tauge, dan seledri. Ada juga aneka gorengan dan sate-satean sebagai pilihan pelengkap. Foto: Dedi Sopandi Sofwan
Ditawarkan di warung sederhana, Soto Sangka Banyumas sudah eksis sejak 1925. Perintisnya adalah Mbah Sangka yang meracik soto dengan kaldu ayam kampung, kecambah, daun bawang, kacang goreng, hingga irisan ketupat. Foto: waluyo ibn dischman
Soto Podjok merupakan salah satu kekayaan kuliner legendaris di Kediri. Racikan sotonya sudah ada sejak 1926. Ciri khasnya memakai kuah kaldu keruh dengan rasa gurih, ditambah suwiran ayam dan kecambah. Foto: Novi Nitya Santi
Kalau di Jakarta, ada Soto Betawi H. Maruf sejak 1943 yang merupakan milik almarhum H. Maruf bin Sahib. Soto Betawi di sini unik karena diracik bukan pakai santan, melainkan susu. Isiannya ada daging dan jeroan. Foto: Miranti Vidyasari
Soto Banjir Karang Anyar ada sejak 1955 di Jalan Astana Anyar Nomor 43, Bandung. Soto berkuah bening di sini berisi daging sapi, tapi bisa juga dicampur babat atau usus. Pelengkapnya berupa irisan lobak dan kacang kedelai goreng. Foto: Lidya Octavia
Di Jakarta juga ada soto Betawi legendaris, Soto Cawang sejak 1952. Lokasinya unik di dalam tempat parkir bus dan mobil. Sotonya tanpa susu dengan isian daging, jeroan sapi, dan perkedel. Foto: Cecep Yoesmadi 
Soto Triwindu di Solo juga layak masuk daftar soto legendaris di Indonesia karena sudah ada sejak 1939. Awalnya dijajakan dengan cara dipikul di sekitar area Mangkunegaran, kemudian menetap di Pasar Triwindu. Isiannya irisan daging sapi dan tauge dan disajikan di mangkuk porselen. Foto: Faiqoh Nur Rochim