Tidak hanya menyajikan makanan enak, restoran ini menyimpan sejarah kuliner Indonesia dengan apik. Perjalanan sejak era kolonial juga dapat dijumpai di dalam bangunan ini. Foto: detikcom/Diah Afrilian
"Bangkit di surga. Untuk mengenang orang Indonesia yang memberikan hidup mereka untuk kemerdekaan 1945-1949 dan mereka yang masih hidup akan melihat perjuangannya tak sia-sia," begitu tulisan pada salah satu ruangannya. Foto: detikcom/Diah Afrilian
Ruangan di restoran ini banyak yang dinobatkan untuk para pahlawan. Salah satunya ruangan yang khusus untuk mengenang Ir. Soekarno. Foto: detikcom/Diah Afrilian
Ada juga ruangan yang diperuntukkan guna mengenang Multatuli atau Douwes Dekker. Pria asal Belanda ini juga memiliki jasa untuk Hindia Belanda. Foto: detikcom/Diah Afrilian
Bukti sentuhan makanan Nusantara dan kolonial ada banyak di sini. Salah satunya bistik dengan resep asli Indonesia yang tak diubah rasanya. Foto: detikcom/Diah Afrilian
Selain itu ada juga menu bitter ballen yang populer sebagai kudapan pembuka dari Belanda. Di sini penyajiannya dibuat dengan sentuhan yang lebih tradisional. Foto: detikcom/Diah Afrilian
Melakukan inovasi yang unik, Tugu Kunstkring Paleis juga menyajikan hidangan khas Betawi dengan gaya rijsttafel khas Eropa. Foto: detikcom/Diah Afrilian
Pada perayaan kemerdekaan juga ada menu spesial yang mengingatkan dengan perjuangan pahlawan. Penyajiannya dibuat dengan simbol yang melanbangkan bambu runcing. Foto: detikcom/Diah Afrilian
Hidangan penutup yang mulai langka seperti selendang mayang disajikan di sini. Tentunya dengan adonan tepung beras yang lembut dan santan yang menyegarkan. Foto: detikcom/Diah Afrilian
Hidangan penutup yang mulai langka seperti selendang mayang disajikan di sini. Tentunya dengan adonan tepung beras yang lembut dan santan yang menyegarkan. Foto: detikcom/Diah Afrilian