Gudeg Bromo Bu Tekluk berlokasi di Jl. Affandi No.2-A, Santren, Caturtunggal. Warung makan ini buka mulai pukul 23.00 hingga 05.00 dini hari.
Meski bukanya malam, tempat makan gudeg ini nyatanya selalu ramai pembeli. Kebanyakan pelanggannya adalah anak muda Jogja yang makan gudeg sekaligus nongkrong.
Ini dia sosok pengelola Gudeg Bromo Bu Tekluk. Namanya Pak Wanto yang merupakan anak perintisnya, ibu Sumijo.
Ciri khas Gudeg Bromo adalah kuah arehnya bukan dibuat dari blondo atau ampas santan, melainkan pakai kacang tanah. Rasanya lebih gurih dibanding blondo.
Makan nasi gudeg di sini wajib coba kreceknya. Di antara potongan krecek terselip potongan cabe rawit utuh yang banyak. Saat digigit, pedasnya benar-benar nonjok!
Komponen penting lainnya dari gudeg, nangka. Cacahan nangkanya lebih kecil-kecil dan halus daripada gudeg biasanya. Rasa manisnya pas, tak terlampau kuat dengan tekstur yang empuk.
Nasi gudeg dibanderol mulai dari Rp 13 ribu. Kamu bisa menambah aneka lauk seperti telur.
Mau yang lebih lengkap? Kamu bisa cicip nasi gudeg dengan lauk potongan ayam kampung yang gurih juicy. Harga termahalnya sekitar Rp 52 ribu.
Gudeg Bromo Bu Tekluk punya sejarah unik di balik penamaannya. "Ibu itu dulu kalau jualan malam ngantuk, sampai tekluk-tekluk," kata Pak Wanto. Kata 'tekluk' berasal dari bahasa Jawa. Artinya terkantuk-kantuk yang membuat kepala sampai tertunduk.
Sampai sekarang, usaha Gudeg Bromo Bu Tekluk masih dikelola oleh pihak keluarga. Pengunjungnya pun tak pernah surut.