Menjelajahi kawasan Pancoran, Glodok, Jakarta Barat kamu akan menemukan berbagai kuliner sedap dan legendaris. Salah satunya Nasi Gudeg Jogja Bu Ijah. Foto: detikcom/Riska Fitria
Sesuai dengan namanya, warung nasi gudeg ini merupakan milik Ijah, seorang warga Bantul, Yogyakarta. Ia sudah berjualan nasi gudeg di Jakarta sejak tahun 1963. Foto: detikcom/Riska Fitria
Warungnya sangat sederhana, hanya berupa gerobak yang mangkal di sisi jalan dengan payung kecil. Persis di dekat restoran AW. Hanya ada beberapa kursi yang bisa ditempati pengunjung. Foto: detikcom/Riska Fitria
Ijah mengatakan bahwa resep gudegnya ini diturunkan dari sang nenek. Dulu, neneknya juga berjualan gudeg. Sejak itulah, resepnya diwariskan secara turun temurun. Foto: detikcom/Riska Fitria
Tipe gudegnya gudeg kering, sesuai dengan gaya kota asalnya, Yogyakarta. Ijah mengatakan bahwa gudegnya masih dimasak pakai api kayu bayar. Foto: detikcom/Riska Fitria
Seporsi gudeg ini dilengkapi dengan krecek, sambal dan berbagai pilihan lauk. Mulai dari daging, ayam goreng, ayam pop, daun singkong, ati ampela, tahu, dan lainnya. Foto: detikcom/Riska Fitria
Harga yang ditawarkan pun beragam, tergantung dengan jenis lauk yang dipilih. Kalau lauknya daging dan tempe bacem harganya Rp 25.000. Foto: detikcom/Riska Fitria
Dalam sehari, warungnya bisa menghabiskan nasi sebanyak 20 liter. Bukanya pukul 14.00 dan tutup pada pukul 21.00. Foto: detikcom/Riska Fitria
Gudegnya lembut, dengan rasa yang tidak terlalu manis dan cenderung gurih. Tambahan kreceknya pun memberi sentuhan sedikit pedas. Kreceknya lembut tapi tidak terlalu lonyot. Foto: detikcom/Riska Fitria
Memilih lauk daging goreng juga enak karena empuk dan gurih. Bagi pencinta pedas tenang saja, gudegnya juga dicampurkan cabai utuh untuk memberi sensasi rasa menyengat. Foto: detikcom/Riska Fitria