Jakarta - Kue keranjang selalu hadir dalam perayaan Imlek. Di balik rasanya yang manis dan teksturnya yang lengket, kue keranjang punya makna spesial lho.
Galeri Foto
Manis Kenyal Kue Keranjang Khas Imlek yang Sarat Makna

Nian gao adalah kue manis asal China yang identik sebagai suguhan Imlek, tak terkecuali di Indonesia. Orang-orang di sini lebih sering menyebutnya sebagai kue keranjang atau dodol China. (dok. detikFood)
Pekerja membuat adonan kue keranjang. Kue keranjang akan dengan mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional pecinan, supermarket, hingga toko kue jelang Imlek. Biasanya di bagian atasnya diberi stiker merah yang bertuliskan harapan baik dalam bahasa Mandarin. (Ari Saputra/detikcom)
Dikutip dari China Travel, nama nian gao saat dilafalkan dalam bahasa Mandarin memiliki bunyi yang sama dengan kalimat "tahun yang lebih tinggi". Kata "nian" sendiri berarti "lengket" yang serupa bunyi kata "tahun", sementara "gao" adalah "kue" yang serupa bunyi kata "tinggi". (Ari Saputra/detikcom)
Untuk orang tua, nian gao adalah perlambang panjang umur, sedangkan untuk anak muda nian gao diharapkan membuat mereka mendapatkan promosi jabatan atau pendapatan yang lebih tinggi. Untuk anak-anak, nian gao juga punya arti yaitu lambang pertumbuhan. (Ari Saputra/detikcom)
Di Indonesia, konon kue keranjang dibawa orang China pada tahun 400-an. Hal ini diungkap sejarawan Semarang, Jongke Tio. Jongkie mengatakan, saat itu masih pria yang datang. Kalau di Semarang itu mendaratnya di daerah Mangkang. Nama Mangkang itu dari nama kapal China Wangkang. Kue keranjang lantas menjadi hantaran wajib di klenteng. Ketika pelaut China mendarat, mereka akan mendirikan klenteng kecil untuk ucapan syukur pada Dewa Bumi. (Grandyos Zafna/detikcom)
Secara umum, kue keranjang adalah kue manis lengket mirip dodol di Indonesia. Bahan utama membuatnya adalah tepung beras ketan, tepung tang mien, dan gula merah. Campuran bahan kue keranjang nantinya dikukus dan dicetak. Hasilnya kue keranjang memiliki tekstur kenyal dengan rasa manis legit. (Tripa Ramadhan/detikcom)
Di China, kreasi kue keranjang bisa berbeda antardaerah. Namun secara umum, kue keranjang bisa dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan rasanya, yaitu manis dan gurih. Kue keranjang manis akan disajikan sebagai dessert dengan cara dikukus atau digoreng. Sementara kue keranjang gurih bisa disajikan sebagai makanan utama. Cara mengolahnya dikukus, digoreng, ditumis, atau bahkan dicampurkan dalam sup. (Grandyos Zafna/detikcom)
Di Indonesia, kue keranjang lebih umum dikenal sebagai makanan manis. Kue ini bisa dimakan langsung atau diolah lebih lanjut. Olahannya ada yang dibalut adonan tepung lalu digoreng kering. Olahan lainnya ialah kue keranjang dipotong dan dikukus dengan santan kental, atau dipotong-potong dan ditaburi kelapa parut. (dok. detikFood)
Seperti makanan khas Imlek lainnya, penyajian kue keranjang pun memiliki makna dan filosofi. Biasanya kue keranjang akan disusun tinggi atau bertingkat. Hal ini merupakan harapan agar semakin tinggi tumpukannya, semakin meningkat rezeki dan kemakmurannya. Lalu rasa manis pada kue keranjang melambangkan suka cita, kegembiraan, dan rasa bahagia. Harapannya mereka yang makan kue keranjang saat Imlek akan memiliki tahun yang manis atau membahagiakan. (Grandyos Zafna/detikcom)
Bentuk kue keranjang yang bulat bukan tanpa alasan. Bulat adalah simbol kekeluargaan dimana orang-orang dalam sebuah keluarga diharapkan tidak ada yang merasa lebih penting dari yang lainnya. Lalu teksturnya yang kenyal melambangkan keuletan dan kegigihan dalam menggapai cita-cita di tahun baru. Terakhir, kue keranjang yang sifatnya awet juga merupakan simbol suatu hubungan kekerabatan yang abadi dan tidak berubah meski tahun berganti. (dok. detikFood)