Huaah! Tersengat Pedasnya Lele Asap Kuah Merah di Mangut Lele Mbah Marto

Warung Mangut Lele Mbah Marto ini terkenal legendaris. Kuliner mangut lele ini sudah beroperasi sejak tahun 1960-an didirikan oleh Mbah Marto. Foto: detikcom/Riska Fitria
Awalnya berjualan keliling hingga akhirnya menetap di rumah Mbah Marto sendiri pada tahun 1990-an. Warungnya populer sebagai destinasi kuliner di Yogyakarta. Foto: detikcom/Riska Fitria
Warungnya sedikit tersembunyi. Konsepnya juga unik, pengunjung dapat mengambil menu makanan secara prasmanan di dapur secara langsung. Foto: detikcom/Riska Fitria
Dapurnya sangat tradisional, menggunakan kompor tungku dan kayu bakar. Karenanya dindingnya hitam gelap terkena asap kayu bakarnya. Foto: detikcom/Riska Fitria
Selain itu, aroma smokeynya juga sangat terasa. Berpadu dengan aroma lezatnya aneka menu makanan yang disajikan berjajar di atas lincak atau bale-bale bambu. Foto: detikcom/Riska Fitria
Detikcom dalam Rangkaian 3.000 km bersama Wuling menyambangi warungnya. Seporsi mangut lele dibanderol seharga Rp 25.000. Itu juga bisa dilengkapi dengan gudeg, krecek, telur dan ayam. Foto: detikcom/Riska Fitria
Ikan lele pertama diasapi, kemudian diguyur dengan kuah merah bercita rasa pedas. Nah, kuah merah itulah yang disebut sebagai bumbu mangut. Foto: detikcom/Riska Fitria
Bumbu mangut tersebut terbuat dari santan, cabe rawit, bawang putih, bawang merah, kencur dan daun salam. Foto: detikcom/Riska Fitria
Rasa pedas kuah merah itu dinetralisirkan dengan gudeg yang bercita rasa manis. Selain itu semakin lezat dengan krecek yang kenyal. Foto: detikcom/Riska Fitria
Kami juga memesan garang asem yang menggunakan jeroan ati ampela. Ati ampela itu dibungkus dengan daun pisang. Foto: detikcom/Riska Fitria