Kuliner rujak tersebut dikenal dengan sebutan rujak moro. Rujak itu merupakan kuliner khas Desa Morodemak, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Foto: detikcom/Mochamad Saifudin
Rujak moro menggunakan campuran petis ikan laut yang super pedas. Biasanya kuliner yang satu ini selalu menjadi andalan bagi pemudik. Foto: detikcom/Mochamad Saifudin
Selain rujak moro, masyarakat sekitar juga mengenalnya dengan sebutan rujak kecap dan rujak pedo. Penjualan rujak ini selalu naik setiap bulan puasa. Foto: detikcom/Mochamad Saifudin
Satu penjual Rujak Moro, Rosidah (42) mengatakan, omset hariannya sekitar Rp 250 - Rp 300 ribu. Sementara di masa puasa ramadhan saat musim mudik hari raya bisa mencapai Rp 500.000 - Rp 600.000 per hari. Foto: detikcom/Mochamad Saifudin
Rosidah juga menceritakan bahwa biasanya, pembeli rujaknya merupakan kalangan pekerja pabrik di sekitarnya. Sekali beli mereka bisa pesan beberapa porsi. Foto: detikcom/Mochamad Saifudin
komposisi bumbu rujak tersebut terdiri dari jeruk nipis, bawang putih, gula merah, buah asem dan petis ikan pindang. Sementara kuah kecapnya terdiri dari campuran lengkuas, serai, kluwak. Foto: detikcom/Mochamad Saifudin
Sementara untuk pilihan buahnya antara lain kedondong, mangga, mentimun, krai, blimbing, dan nanas. Buah-buahan segar itu dicampur dengan bumbu petis. Foto: detikcom/Mochamad Saifudin
Harga yang ditawarkan tergantung dengan besar porsi. Ukuran biasa dengan harga Rp 3.000 - Rp 5.000, sementara ukuran besar atau makan bersama Rp 10.000 - Rp 15.000. Foto: detikcom/Mochamad Saifudin
Biasanya penjual rujak moro ini menawarkan dagangannya di depan rumahnya masing-masing. Warung rujak moro ini pun buka mulai dari pagi hingga malam. Foto: detikcom/Mochamad Saifudin
Uniknya, rujak Moro tersebut biasa disantap dengan krupuk rambak pasir. Kerupuk tersebut juga hanya ditemukan di desa Morodemak. Foto: detikcom/Mochamad Saifudin