Ketupat Jembut Wajib Dimakan Sebagai Tradisi Syawalan di Semarang

Salah satu tradisi Ketupat Jembut digelar di kampung Jaten Cilik tepatnya dimulai dari Masjid Rudhotul Muttaqiin. Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom
Usai Shalat Subuh doa-doa dilantunkan, kemudian sebelum matahari terbit, ketupat berisi sayur dikeluarkan untuk dimakan bersama takmir masjid dan beberapa jamaah. Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom
Kemudian ketupat jembut takan dibagikan kepada anak-anak di sekitar masjid yang sudah menunggu. Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom
Bukan hanya karena rasanya, anak-anak tersebut juga menyerbu karena ada uang tunai yang dibagikan. Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom
Nama nyeleneh dari ketupat jembut ini juga berasal dari ketupat yang diisi dengan sayuran dan membuatnya terlihat seperti rambut kemaluan. Foto: detikFood/Angling Adhitya Purbaya
Ketupat Jembut merupakan simbol kesederhanaan berdasarkan tradisi yang dimulai sekitar tahun 1950-an. Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom
Warga yang usai perang ingin memperingati syawalan dengan bahan makanan yang lebih sederhana sebagai bentuk keprihatinan. Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom
"Jadi ini dari 'sisa' Idul Fitri kemarin. Bukan sisa makanan yang tidak termakan ya, tapi dimasak dengan sayur seadanya. Ini ketupat diisi tauge," ujar Ketua Takmir Masjid Rudhotul Muttaqiin, Masroni. Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom
Beberapa kampung di sisi Timur Kota Semarang melakukan tradisi itu, seperti di daerah Jaten, Genuksari, dan juga beberapa di wilayah Pedurungan Tengah. Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom
Selain menyantap ketupat berikut lauk-pauk, ada juga tradisi unik turun temurun yang dilakukan mereka. Termasuk sajian ketupat jembut ini. Foto: detikFood/Angling Adhitya Purbaya