Rijsttafel di Udara

Rijsttafel di Udara

- detikFood
Selasa, 08 Feb 2011 13:25 WIB
Jakarta - Pesawat Garuda Indonesia dengan livery baru tampak gagah di tarmac bandara Schiphol, Amsterdam. Pramugara dan pramugari berseragam baru pun tampak anggun menyambut para penumpang. Kabin kelas eksekutif-nya tampak mewah, dengan warna dominan merah marun dan charcoal grey. Interior warna hangat ini membuatnya tampak berkelas.

Kursi-kursi di kelas eksekutif ini dapat direbahkan hingga rata (180 derajat) untuk kenyamanan tidur maksimum. Semua fungsi kursi-kursinya dikendalikan secara elektronik - versi terakhir kursi kelas eksekutif berkelas dunia. Pagi itu, kursi-kursi kelas eksekutif hanya terisi sekitar 15%. Di kelas ekonomi, penumpangnya tampak lebih penuh.

Sambil menunggu proses boarding, penumpang di kelas eksekutif mendapat champagne. Memang champagne, bukan sparkling wine. Menyenangkan!
   
Tidak percuma bila di masa lalu Garuda Indonesia sempat dua kali mendapat penghargaan ketepatan waktu tiba dan berangkat dari pengelola bandara Schiphol. Pintu pesawat sudah ditutup 10 menit sebelum jadwal keberangkatan pukul 10.20, dan langsung didorong. Dua puluh menit kemudian, pesawat sudah mengangkasa.
   
Kabut pekat membuat jarak pandang sangat terbatas. Daratan langsung "tertelan" kabut. Setelah pesawat tidak berguncang lagi, sekalipun masih mendaki ke ketinggian jelajah, pramugari telah memberikan layanan minuman aperitif. Saya memilih gin tonic yang disajikan dengan semangkuk kacang mede.
   
Makan siang disajikan pukul 11.35. Pas saatnya lapar. Pilihan di kelas eksekutif adalah makanan barat (grilled prime beef tenderloin) atau makanan Indonesia (rijsttafel, nasi dan berbagai lauk-pauk). Supaya beda, saya memesan rijsttafel, dan istri memesan tenderloin.
   
Makan siang didahului dengan appetizer berupa salmon asap dan potato salad. Purser juga berinisiatif sendiri dengan menyajikan gado-gado - yang sebetulnya merupakan bagian dari rijsttafel - sebagai appetizer kedua.
   
Grilled prime beef tenderloin-nya memakai saus lada hitam, disajikan dengan parsley potatoes, buncis, dan wortel. Penyajiannya tampak bagus. Suhunya tepat, dan citarasanya pun bagus.
   
Rijsttafel-nya tampak menawan. Pilihan nasi putih atau nasi kuning, dengan tujuh macam lauk: rendang sapi, ayam panggang rica, goreng kakap acar kuning, sambal goreng udang, perkedel kentang, kering tempe, dan lempah brokoli jamur bangka. Juga tersedia berbagai kerupuk dan rempeyek. Sayangnya, penampilan kerupuk dan rempeyeknya kurang menarik.
   
Masakan Indonesia ini dimasak di Schiphol, tetapi ternyata kualitasnya tidak mengecewakan. Tanpa bermaksud merendahkan kemampuan bangsa, tetapi kualitasnya malah lebih baik dibanding rijsttafel masakan dapur Cengkareng. Tiga catatan kecil untuk rijsttafel ini: 1. ketupatnya terlalu lembek, 2. rica-nya tidak autentik, 3. tauge untuk gado-gadonya tampak kotor karena tidak dipotong ujungnya. Sambal goreng udangnya sangat istimewa. Rendangnya juga boleh dipuji, sekalipun belum mencapai tingkat caramelized alias masih kalio. Lempah jamurnya creamy.
   
Hidangan makan siang ini sangat berlimpah. Wine-nya pun - Riesling Michel Leon - terus menerus ditambah. Akibatnya, saya terpaksa harus melewatkan cheese cake dan buah yang ditawarkan. Aneka kejunya pun hanya saya cicip sedikit.
   
Menjelang pendaratan di Dubai, diedarkan sandwiches dan minuman. Penerbangan yang menyenangkan ini berakhir mulus di Dubai, 20 menit mendahului jadwal ketibaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tanggal :     6 Januari 2011
Maskapai:     Garuda Indonesia
Flight  :         GA 089
Rute    :     AMS (Amsterdam Schiphol) - DXU (Dubai)
Jarak/Waktu:    6 jam
Pesawat :     Airbus A-330-200
Kursi   :    1A-1C
Kelas   :    Eksekutif
(eka/Odi)

Hide Ads