Sedangkan Pasar Klewer merupakan bangunan yang relatif baru setelah pasar aslinya terbakar. Sebaiknya berkunjung ke Pasar Gede di pagi hari, karena banyak jajan pasar yang dapat dijumpai di sana. ada gempol plered, mendut, bubur saren, dan berbagai jajanan lain. Di tengah pasar ada penjual dawet yang sangat khas. Dawet atau cendolnya dari tepung beras, ditambah rajangan nangka, sesendok bubur ketan hitam, sesendok bubur sumsum, dan sebungkus tape nasi berwarna hijau. Sluuurrp!
Di pintu masuk Utara juga dapat dijumpai penjaja pecel bumbu wijen. Tidak jauh dari situ ada penjual berbagai macam bothok dan pepes, antara lain cabuk, yaitu pepes wijen yang berwarna hitam karena wijen-nya dibakar dulu. Hati-hati bila menyantapnya, karena bibir dan mulut bisa jadi hitam. Ada lagi "ranjau" lain yang bernama gembrot – bothok parutan kelapa dan daun sembukan – yang bisa membuat pemakannya kentut terus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Pasar Klewer juga banyak penjaja makanan dan oleh-oleh berupa makanan dan kue-kue kering. Sekarang, popularitas Pasar Klewer mulai tergerus oleh kehadiran Pusat Grosiran Solo dan Beteng Mal sebagai tempat belanja yang lebih nyaman.
Pasar Windujenar – dulu dikenal dengan nama Pasar Triwindu – sekarang merupakan bagian dari Ngarsopuro, yaitu sebuah koridor yang ditata asri untuk menghubungkan Jl. Slamet Riyadi dengan gapura Pura Mangkunegaran. Setiap malam Minggu, ruas jalan ini ditutup untuk penyelenggaraan pasar malam. Pasar Windujenar sendiri masih merupakan kelanjutan dari pasar Triwindu di masa lalu, yaitu pasar yang menjajakan berbagai barang antik – asli maupun buatan baru.
(dev/Odi)