Dilihat, Dicolek, Dikunyah, Dijilati!

Dilihat, Dicolek, Dikunyah, Dijilati!

- detikFood
Senin, 21 Jan 2008 13:50 WIB
Jakarta - Itulah jika penggemar cokelat belajar tentang cokelat. Semua diamati, ditanyakan, dan dicatat. Tak hanya sampai di situ. Cokelat Lindt dari Swisspun tak luput dari 'jarahan' peserta. Semua cokelat diamati dan dicicipi sampai yang lekat di jari-jari... Hmm...yummy!

Sebelum para peserta datang, tampak sang chef yang akrab disapa chef Bruno ini dibantu oleh chef Mutaqien sedang mempersiapkan peralatan dan segala sesuatunya yang akan dipergunakan dalam CWS kali ini. Jam setengah sepuluh teng, walaupun masih ada beberapa peserta yang belum datang CWS Exclusive Chocolate pun akhirnya dimulai. "Untuk menghormati para peserta yang telah datang tepat waktu, maka acara ini akan kami mulai tepat waktu pula," ujar Mba Odilia membuka CWS pagi itu.

Dengan riang chef Bruno menyapa para peserta, "Good morning ladies," ujarnya menyapa para peserta yang memang semuanya terdiri dari para wanita. Sebelum memulai praktek, sang chef asal Swiss ini pun memperkenalkan dirinya pada para peserta. "Saya memulai karir di bidang ini sejak tahun 1987 sebagai pastry chef. Sebenarnya memasak itu tidaklah sulit, asalkan ada bahan-bahan dan teknik memasak yang tepat itu sudah cukup," terangnya pada para peserta dengan bahasa Inggris yang mudah dimengerti. Tak lupa berkali-kali chef yang diangkat menjadi executive chef Hotel JW Marriott pada tahun 2006 ini berpesan, agar para peserta tak segan mengingatkannya jika terlalu cepat berbicara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagai seorang dosen, chef Brunoi membuat urutan praktek cokelat di papan beralas kertas. Diawali dengan pembuatan Milk Chocolate Truffels dan ditutup oleh pembuatan Florence. Pesertapun mengeliling sang chef sambil mencicipi Lindt Chocolate Couverture. ‘Cokelat couverture ini sekarang sudah dijual dalam bentuk potongan kecil jadi mudah dilumerkan,’ ujar sang chef . Chef Brunopun menjelaskan secara detil perbedaan cokelat couverture dan compound. "Hmm... memang beda ya enaknya," demikian komentar para peserta sambil terus mengunyah cokelat.

Tak ketinggalan teknik tempering pun diperagakan dihadapan para peserta. "Lhokok seperti membuat teppanyaki ya?", demikian komentar para peserta saat melihat proses tempering dengan mengaduk cokelat di meja marmer. Pertanyaan pesertapun makin kritis dan bertubi-tubi. "Mengapa dalam proses tempering cokelat tidak dimasukkan dalam kulkas saja?" atau "Apa yang terjadi kalau suhu yang diturunkan terlalu rendah?" semuanya dijawab oleh chef Bruno dengan senang hati. Teknik tempering yang praktis dengan cara mengaduk dan memakai es batupun diperagakan secara lengkap oleh chef Bruno.

Setelah ilmu tempering sudah komplet, tiba giliran para peserta yang unjuk gigi. Empat buah meja praktek telah disiapkan.. Aksesoris memasak seperti celemek, sarung tangan dan topi chef yang telah tersedia di atas meja pun langsung mereka kenakan. Acara memakai celemek, topi dan sebagainya ini berlangsung heboh. "Ini gimana sih memakai topinya" "Duh sarung tangan saya dimana?" Wah… wah dalam sekejap peserta ini tampilannya berubah seperti layaknya chef berpengalaman saja, belum lagi setelahnya mereka langsung berfoto diri. "Buat kenang-kenangan mbak," ujar salah seorang peserta ini. Waduh ada-ada saja ya ibu-ibu ini.

Kehebohan pun langsung terjadi di masing-masing meja. Chef Muttaqien dan chef Imron pun dengan sigap ikut membantu beberapa peserta yang tampak masih kesulitan. "Loh kok punya saya enggak seperti chef Bruno sih?" "Aduh kok jatuh terus sih!" Itulah sebagian kehebohan para peserta yang sedang asik membuat truffle. Dalam sekejap pun truffle dlaam aneka bentuk, gendut, benjol, kecil bahkan gepengpun hasil karya pesertapun siap didinginkan.

Selanjutnya pembuatan Lindt Extra Thin's dan Pick Nick dipergakan oleh chef Bruno.. "Kalau piknik aku sering tapi lha 'pick nick' ini apa ya?" demikian tanya seorang peserta. Kemabli para peserta menguras kreativitas membuat aneka bentuk dan motif dari cokelat. "Hi, someone is falling in love," teriak sang chef saat melihat seorang peserta membuat aneka bentuk 'jantung hati'. "Kok pohon kelapanya aneh ya?" ujar Ibu Paulina mengomentari hasil karyanya. Mendengar itu, sang chef pun langsung membantunya membuat hiasan pohon kelapa yang cantik. "Ini baru pohon kelapa," ujar para peserta yang diiringi oleh gelak tawa.

Tak terasa selama tiga jam setengah sudah para peserta ini asik berpraktek dan menyerap ilmu dari sang chef. Bahkan himbauan chef agar mereka beristirahat pun tak dihiraukan, semua sibuk mengemasi hasil karyanya masing-masing ke dalam box yang telah dipersiapkan. “Oooo..all my chocolate is gone’, teriak chef Bruno saat melihat meja prakteknya yang awalnya penuh dengan beragam cokelat tiba-tiba bersih dan rapi. Ini semua berkat tangan-tangan aktif peserta ‘mengangkut’ semua cokelat yang ada ke dalam box. Nah, sampai-sampai kebingungan saat mengemasi karena kotak penuh sesak..

O,ya untuk doorprizes, ua orang pemenang yaitu Ibu Anny Haryanto Dan Ibu Rini Sutedjo berhasil mendapatkan voucher dinner dari Sailendra Restaurant, Hotel JW Merriott Jakarta. Sedangkan dua orang peserta lainnya yaitu Ibu Ratna Ongah dan Ibu Meliati masing-masing mendapatkan bingkisan coklat Lindt dari PT. Pandurasa.

Acara mengemasi cokelatpun dilanjutkan dengan menyerbu stand cokelat Lindt yang memberi harga khusus. Tak heran jika para peserta akhirnya pulang dengan senyuman dan tangan penuh oleh tentengan belanjaan dan bawaan coklat. Akhirnya terima kasih buat peserta, PT Pandurasa Kharisma dan hotel JW Marriott Jakarta. Buat mereka yang belum kebagian tiket untuk cooking class Cokelat ini, chef Bruno berkenan membuka satu kelas lagi pada hari Sabtu, 16 Februari. Tempatnya juga terbatas, makanya buruan daftar ya! Sampai jumpa! (dev/Odi)

Hide Ads