Begini Kesan Peserta 'Beef Masterclass' tentang Dry Aged Steak

Begini Kesan Peserta 'Beef Masterclass' tentang Dry Aged Steak

Maya Safira - detikFood
Minggu, 06 Agu 2017 15:38 WIB
Foto: dok. DetikFood
Jakarta - Para peserta Beef Masterclass tidak hanya bisa mendapat ilmu tentang daging dengan pelayuan kering. Mereka juga bisa mencicip beefsteak enak.

Hampir 50 peserta disuguhi makanan lezat racikan AB Steak by Chef Akira Back selepas Beef Masterclass. Santapan dimulai dengan Grilled Romaine Salad yang dilengkapi tiger prawn panggang.

Peserta pun bisa mencicip langsung olahan dry aged beef. Antara lain ada 21 Days Aged Sliders with Truffle Fries, 30 Days Dry Aged Topside - Australian Wagyu 7+, dan 60 Days Dry Aged Ribeye - 200 days grain fed Australian Angus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Begini Kesan Peserta 'Beef Masterclass' tentang <i>Dry Aged Steak</i>Foto: dok. DetikFood

Dessert Butter Mochi Cake jadi penutup makan. Menu ini dilengkapi salted caramel popcorn & macademia sekaligus sorbet kelapa.

Setelah makan siang ada pengundian doorprize untuk dua peserta beruntung. Masing-masing mendapat satu botol red wine.

Beef Masterclass kali ini tidak hanya didatangi peserta sekitar Jakarta. Ada juga dari Sumatera.

Indra Buana, salah seorang penikmat kuliner, datang dari Palembang untuk mengikuti acara. Selain suka kuliner, ia tertarik dengan hal baru seperti aging steak ini.

"Jadi untuk steak dengan aging ini pengalaman pertama buat saya. Saya selama ini nggak tau ada aging sekian lama kemudian (daging) dikonsumsi. Ada yang sampai 120 hari. Saya senang jadi pengetahuan tentang steak bertambah luas," ujar pemilik sebuah coffee shop di Palembang ini.

Begini Kesan Peserta 'Beef Masterclass' tentang <i>Dry Aged Steak</i>Foto: dok. DetikFood

Ia mengaku selama ini mengira steak hanya dibikin dari daging segar. "Ternyata ada pilihan lain yaitu aging, wet aging dan dry aging. Jadi rasa juga berbeda, ada sensasi yang selama ini saya nggak dapat. Ini lebih juicy, lebih lembut. Ternyata ada rasa yang susah digambarin," lanjutnya.

Salah satu chef hotel di Pekanbaru, Munggar, juga mengakui hal sama. "Saya cobain seperti ada blue cheese-nya. Mungkin ke depannya saya aplikasi ke menu sesuai dengan lidah Indonesia. Karena seperti kita tahu di Indonesia masih banyak yang sedikit geli lihat juicy daging (steak). Sayang sekali kalau dry age pengolahannya salah. Well done atau medium well nggak direkomendasikan," ujar chef yang tertarik ikut karena mengaku dry age sedang booming.

(adr/odi)

Hide Ads