Khusus di daerah Bantul, ada jenis gudeg lain yang populer, yaitu gudeg manggar. Manggar adalah putik bunga kelapa muda yang dipakai sebagai bahan utama menggantikan nangka muda. Menurut beberapa sumber, penggunaan manggar sebagai pengganti nangka muda merupakan bentuk perlawanan di masa lalu. Konon, sebagian rakyat Bantul pada masa Perang Diponegoro melawan kekuasaan Sultan Hamengkubuwono yang pada waktu itu mereka anggap memihak pada kepentingan Hindia-Belanda. "Kuliner Perlawanan" inilah yang kemudian menghasilkan gudeg manggar - ikon kuliner Bantul hingga saat ini.
Secara umum, gudeg manggar mempunyai citarasa yang sama dengan gudeg nangka muda. Ini disebabkan karena bumbu-bumbu yang dipakai persis sama. Bedanya adalah pada tekstur nangka muda yang lebih empuk, sedangkan manggar bertekstur lebih krenyes-krenyes.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti halnya gudeg, gudeg manggar pun biasanya disandingkan dengan berbagai lauk-pauk, seperti: opor ayam berkuah kental, sambal goreng krecek (krupuk kulit), tahu dan tempe bacem, dan lain-lain. Ada pula yang menambahkan blondo (tahi minyak) atau areh (kepala santan kental) untuk membuatnya lebih gurih. Jangan lupa rempeyek, krupuk kulit, atau krupuk lain sebagai pendamping yang memperkaya tekstur kelengkapan sajian ini.
Gudeg manggar sempat menjadi langka karena kehilangan peminat. Namun, sejak beberapa tahun belakangan, gudeg manggar kembali naik daun setelah beberapa media massa menampilkannya sebagai kuliner pusaka yang wajib dilestarikan. Di berbagai festival kuliner pun hampir dapat dipastikan kehadiran gudeg manggar yang mendapat perhatian ramai.
Selain di Bantul, di Yogyakarta pun kini dapat dijumpai beberapa pedagang gudeg yang mengkhususkan jualannya pada gudeg manggar.Â
(dev/Odi)