Membuat Jajan Pasar 'Tempo Doeloe'

Membuat Jajan Pasar 'Tempo Doeloe'

- detikFood
Rabu, 02 Agu 2006 12:03 WIB
Jakarta - Pernah mencicipi Iwel-iwel, Sawut, Horog-horog atau Samplok? Kalau belum, jangan kecil hati. Meskipun jajan pasar khas Jawa ini sudah agak jarang dijual di pasar, Anda masih tetap bisa membuat sendiri. Rahasia soal jajan pasar, resep plus info kompletnya sudah ada di buku Warisan Kuliner Indonesia: Kue Basah dan Jajan Pasar ini. Anda mungkin masih ingat, dahulu kita sering menyantap Bubur Suro saat bulan Muharam tiba. Bubur Suro ini adalah bubur beras biasa dengan topping kering tempe dan telur dadar. Atau di sore hari kita biasa ngemil kelepon atau lupis yang manis-manis legit itu, kini makanan sederhana itu rasanya sulit sekali dijumpai. Yuyun Alamsyah rupanya tak ingin ketinggalan untuk turut melestarikan kuliner Indonesia, maka ia pun menyusun buku bertajuk Warisan Kuliner Indonesia: Kue Basah dan Jajanan Pasar. Tak kurang dari 60 jenis resep kue basah dan jajanan pasar di bahas di sini. Agar dapat terus mencicip jajanan pasar, Anda dapat membaca buku ini dan membuatnya di rumah.Dalam buku ini Yuyun juga membagi resep menjadi dua bagian yaitu Kue basah dan Jajan Pasar sebagai Sajian Kenduri dan Jajan Pasar. Untuk bagian Kue Basah dan Jajan pasar sebagai Sajian Kenduri, seperti judulnya, jajanan pasar yang dimasukkan dalam kategori ini adalah jajanan yang biasa digunakan dalam upacara atau kenduri. Tidak hanya resep, penulis juga menyertakan keterangan tujuan pembuatan jajanan pasar dan simbol yang dikandungnya. Misalnya saja kucur, kucur adalah kue yang dibawa saat meminang gadis. Seteleh menerima kue, kemudian kue dibagikan ke para tetangga sebagai pemberitahuan bahwa anak gadis mereka telah dipinang. Ketan Teplok, akan muncul bila ada bayi yang akan diberi nama. Selain dua contoh tersebut masih ada Koci-koci, Ketan Salak, Jenang Ketan Hitam, Jenang Beras, Iwe-iwel, Horok-horok Sampurno, Nagasari, Plered, dan aneka makanan lainnya.Untuk resep aneka jajanan pasar lainnya, Anda dapat menemukannya di bagian selanjutnya. Bagian ini terdapat aneka resep jajanan pasar yang biasa dijual di pasar seperti Jemblem, Kue Thok (Kue Ku), Petulo, Putu, Cenil, Sawut, Serabi, Jenang Grendul, sampai Samplok ada di sini. Semua cara pembuatannya dibahas satu per satu, termasuk cara penyajian, atau pun kebiasaan menyantapnya. Misalnya saja untuk Jemblem, makanan ini biasa dijual pada pagi hari dan dijajakan keliling dari rumah ke rumah atau di pasar. Selain aneka resep jajanan pasar, penyusun juga membahas tentang aneka bahan baku jajanan pasar seperti beras, ketan, kelapa, ubi singkong dan bahan-bahan lainnya. Selain bahan baku, buku ini juga memuat proses pemasakan. Pada dasarnya, pembuatan makanan tradisonal sangatlah mudah dan sederhana. Ada tiga cara memasak yaitu dikukus, direbus, dan dikeringkan. Untuk aneka kebiasaan atau upacara adat yang biasa diselenggarakan, dibahas khusus dalam "Hajatan dan Acara Selamatan dalam Tradisi Jawa." Pada bagian ini dibahas aneka upacara adat yang biasa dilakukan oleh orang Jawa sperti upacara Tujuh Bulanan atau Miton, Selapan, Mudun Lemah, sampai kematian. Secara umum buku ini sangat menarik. Informasi yang diberikan pun cukup lengkap karena selain membahas mengenai resep-resep jajanan pasar, juga menyinggung mengenai makna-makna dan upacara adat yang berkaitan dengan jajanan itu sendiri. Bahasa dan istilah yang digunakan pun cukup sederhana. Hampir tak ada istilah khusus yang sulit dimengerti. Apalagi dilengkapi dengan foto hasil jepretan Rudy Sujanto membuat buku ini semakin kaya. Banyak sekali peluang yang dapat diambil dari membaca buku ini. Selain turut serta melestarikan kuliner Indonesia, peluang usaha dalam bidang ini pun terbuka lebar. Warisan Kuliner Indonesia:Kue Basah dan Jajan PasarPenerbit PT Gramedia Pustaka UtamaHarga : Rp 47,500 (lil/)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads