Kalau pernah mengenal Jogjakarta secara rinci apalagi sampai tinggal lama di kota ini, tentulah memori indah kota ini tak bisa terlupa. Anda juga pasti tertarik saat membaca judul buku setebal 240 halaman yang berjudul 'Tempat Makan Legendaris di Jogja - Monggo Mampir mengudap rasa secara Jogja'. Buku ini ditulis oleh Syafaruddin Murbawono dan Butet Kertaradjasa sebagi inspirator dan among raos dan diterbitkan bulan ini oleh PT Gramedia Pustaka Utama.
Secara visual buku ini bersinergi kuat dengan tema legendaris. Hasil jepretan Bambang Tri Atmojo dan desain grafis Bintang Hanggono berhasil menampilkan detil asli dan etnik kuliner Jogja. Detil tiap makanan, sudut warung, ekspresi wajah, pernak-pernik disajikan dengan angle foto yang memikat dan mampu merefleksi keindahan kulinernya. Demikian juga pemilihan warna, tipografi dan perletakan gambar sungguh artistik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menelusuri penuturan penulis mengenai kuliner legendaris Jogjakarta, seakan kita diajak memasuki lorong waktu. Bukan saja napak tilas kelezatan sajian mi rebus, mangut lele, empal, atau pecel tetapi juga nuansa budaya yang sangat kental. Sikap nguler kambang, sangat sabar dalam menunggu pesanan bakmi di warung Bakmi Sabar Menanti. Bayangkan saja, pesan jam 18.00, bakmi baru tersaji pukul 19.30!
Hal yang sama terjadi juga saat menanti ayam goreng Mbok Sabar, gudeg pawon, gudeg pincuk, gathot Pakuningratan hingga belut goreng di Godean. Jadi tak hanya kelezatan makanan yang direkam dengan cermat oleh penulis tetapi nuansa budaya lokal yang kental. Sikap sabar, saling menghargai, membina kebersamaan sampai trik jitu mengisi waktu saat menanti. Kabeh iku ono titi wancine - semua itu ada waktunya. Termasuk waktu tepat buat menyantap hidangan yang paling enak!
Yang menjadi keunggulan lain dalam buku ini adalah ketelatenan penulis bersama mas Butet untuk menemukan 'mutiara' kuliner masa lalu. Bukan di rumah makan di tepi jalan raya tetapi justru di bawah jembatan kali Krasak (brongkos Warung Ijo), pecel lele mbah Giyah di kaki Gunung Sempu, sego Nggeneng Mbah Marto di dusun Nengahan hingga menyusuri pasar Bringinharjo untuk menemukan warung empal bu Warno.
Celoteh dan komentar Butet sang raja monolog yang sekeluarga merupakan pencinta kuliner ikut memberi warna tersendiri buku ini. Komentar yang cerdas, menggelitik dan dituturkan secara santai bahkan jenaka. Seperti "Terasa sekali kegurihan itu muncul dari udang ebi sehingga menimbulkan aroma yang merangsang," saat mengomentari bakmi Tendho Miring. Atau komentarnya untuk soto murah meriah di Gondolayu "Rasa sotonya sebenarnya biasa-biasa saja, tapi bisa termaafkan rasa itu jika pakai lauk empal".
Diskripsi makanan Jawa dengan bahasa Jawa yang kental memang sangat terasa kuat. Seperti pliket, gempi, gembrobyos, nglawuhi, miroso atau nyamleng. Maklum saja komentar itu kadang tak bisa diterjemahkan tepat dalam bahasa Indonesia. Namun hal itu justru mengangkat keunikan kuliner Jogja yang tak ada di tempat lain.
Buku ini tak hanya dilengkapi dengan peta per kabupaten dan area yang bakal menuntun pembaca ke lokasi tetapi juga ada info lain. Seperti jam-jam tepat untuk mampir, cara memesan, menanti antrian, sampai nomor HP sang penjual pun ada! Jadi dijamin pembaca bakal mendarat di tempat dengan tepat.
Buku ini sangat pantas dimiliki oleh mereka yang sangat cinta denga kuliner lokal. Mereka yang senang makan enak dan bisa menghargai kuliner negeri ini. Atau mungkin Anda sudah penasaran? Ingin mencoba gurihnya wader, gulai balungan, baceman kepala kambing, pecel welut, gurihnya gathot, legitnya tiwul dan enaknya es sirsaparila? Segeralah beli buku yang sarat informasi ini!
Tempat Makan Legendaris di Jogja - Monggo Mampir mengudap rasa secara Jogja
Syafaruddin Murbawono
Foto: Bambang Tri Atmojo
among raos : Butet Kertaradjasa
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Harga Rp. 62.000,00
Bisa diperoleh di seluruh toko buku Gramedia
(eka/Odi)